Hal Ini yang Bikin Egy Maulana Vikri Marah Besar Pada Media Polandia
Popularitas Lechia Gdansk secara drastis mengalami kenaikan usai mendatangkan bintang muda sepakbola Indonesia, Egy Maulana Vikri awal Maret lalu.
Namun, kedatangan Egy bukan hanya dirasakan oleh Lechia Semata, namun juga sepakbola Polandia secara keseluruhan. Menurut salah satu media Polandia, setidaknya ada 240 juta orang asal Indonesia yang kini memperhatikan Ekstraklasa, kompetisi kasta tertinggi Liga Polandia.
- Media Polandia Khawatir Serangan Fans Garis Keras Egy Maulana Vikri
- Egy Maulana Hanya Main 6 Menit, Timnas U-23 Hajar Singapura
- Gara-gara Egy, Media Polandia Rela Gunakan Bahasa Indonesia
- Gabung Klub Polandia, Egy Maulana Dipanggil Jokowi
- Begini Aksi Gemas Egy Maulana Vikri Saat Berbicara Bahasa Polandia
1. Egy Marah
Segala antusiasme dan perhatian publik yang begitu meningkat di kompetisi sepakbola Polandia jelas berasal dari seorang Egy Maulana Vikri. Tak ayal jika kemudian banyak media Polandia yang menilai kedatangan Egy ke Lechia Gdansk hanya sebatas pada alasan marketing, untuk menarik popularitas khusunya dari publik sepakbola Indonesia.
Namun dalam kesempatan wawancara dengan salah satu media asal Polandia, weszlo, hal tersebut langsung ditampik keras oleh Egy.
"Secara jujur, oke saya terkenal di Asia tetapi di sini tetap tidak."
"Apa kamu tahu apa yang membuat saya marah? Media melihat saya hanya sebagai produk, bahkan sebelum saya bermain," ungkap penyerang Timnas Indonesia U-23 itu.
Menurut pemain kelahiran Medan tersebut, alangkah baiknya menunggu sampai dirinya bisa menunjukan kemampuannya terlebih dahulu, sebelum memberi label dirinya hanya sebuah produk marketing.
"Saya ingin membuktikan, kenapa saya berada di sini.Saya tidak datang ke sini karena alasan marketing," terang Egy.
2. Tolak Saint Etienne Demi Lechia Gdansk
Kemarahan Egy jelas membuncah karena label yang diberikan kepadanya datang begitu saja, padahal dirinya sampai menolak pinangan klub yang notabene lebih punya nama besar seperti Saint- Etienne atau pun Benfica.
Terkait alasannya menolak Saint Etienne, Egy mengutarakan bahwa faktor lingkungan menjadi salah satu penyebabnya.
"Ketika saya berlatih di Prancis, saya tidak merasa ada seorang pun yang bisa bicara dengan saya dalam bahasa Inggris. Orang-orang memperlakukanku secara dingin, ini sesuatu yang penting supaya merasakan suasana baik di tempat tertentu, maka kamu bisa bermain sebaik mungkin," jelas anak didik Indra Sjafri tersebut.
3. Lechia Gdansk Tim Kecil yang Tak Pernah Menang Lagi
Datang ke Lechia Gdansk ditengah prestasi klub yang sedang mengalami kemunduran, tak menang dalam lebih dari 10 laga terakhir. Egy menampik bahwa dirinya kecewa dengan pilihannya berlabuh ke klub yang bermarkas di stadion Energa itu.
"Saya tidak setuju dengan pendapat bahwa Lechia adalah tim yang kecil. Mungkin tim ini memerlukan penguasaan lebih, tidak emosi dalam permainannya dan lebih menguntungkan di masa depannya. Namun dalam sepak bola yang paling penting adalah kesadaran, apa yang salah saat mengalami kekalahan," terang pemain kelahiran 7 Juli 2000 itu.