Jonathan Bauman, Jawaban Persib Bandung atas Marko Simic?
Sosok penyerang asing yang selama ini menjadi buah bibir pelatih Persib Bandung, Mario Gomez, akhirnya terungkap. Cenderung mengejutkan, bisa dibilang, cara Persib mempublikasikan rekrutan anyarnya ini -- memanfaatkan momen peluncuran jersey terbaru musim 2018. Mata pun tidak lagi tertuju pada kilauan-kilauan seragam biru klub kebanggaan masyarakat Bandung tersebut, tapi pada Jonathan Jesus Bauman.
Para penggemar Maung Bandung telah lama menantikan seorang striker yang dapat membuat pertahanan lawan kembali gemetaran saat menghadapi Persib. Terang saja, Persib hanya mencatatkan 39 gol dari 34 pertandingan , terburuk keempat dari seluruh perserta Liga 1 tahun 2017 lalu.
Sekitar 150 km ke Barat Laut, terdapat sebuah perayaan tak henti-hentinya -- Persija Jakarta sedang dimabuk pesta gol penyerang asal Kroasia, Marko Simic. Setiap gol Simic semakin menaruh tekanan pada manajemen Persib untuk menemukan solusi terhadap lini depannya. Rivalitas memang seharusnya tetap berada di lapangan, tidak di luar lapangan.
Terlalu dini untuk membandingkan kapasitas Bauman dan Simic di atas rumput hijau persepakbolaan Indonesia. Tidak adil bagi Bauman untuk dibanding-bandingkan dengan Simic, ketika ia belum sekalipun menendang bola untuk Persib. Bagaimanapun, kita dapat menilik ke masa lalu penyerang Argentina ini.
1. Baru di Sepakbola Asia
Bagi Bauman, sepakbola Asia adalah lembaran baru dalam buku kariernya. Bahkan, musim lalu merupakan kali pertama baginya untuk meninggalkan tanah Amerika Latin. Sejak 2009 hingga pertengahan tahun 2017, Bauman bermain untuk delapan tim Argentina dan satu klub Chile.
Barulah pada musim 2017/2018, ia berkelana ke Yunani. Sayangnya, kompetisi di Yunani dihentikan untuk waktu yang belum ditentukan, hingga ia memutuskan untuk menjadi ujung tombak Persib.
Berbeda dengan Simic yang telah berada di Asia Tenggara sejak 2015 lalu. Kala itu, Simic meninggalkan Eropa untuk menjajal sepakbola Vietnam. Lalu di tahun 2017 ia direkrut klub Malaysia, Melaka United, sebelum bergabung dengan Macan Kemayoran di tahun yang sama.
Bauman kemungkinan besar membutuhkan waktu yang lebih lama untuk beradaptasi dengan gaya bermain yang baru dibandingkan Simic. Bobotoh harus memberikan kesempatan bagi ujung tombak barunya untuk membiasakan diri dan tidak menaruh ekspektasi yang berlebihan di pundaknya, khususnya di beberapa bulan pertamanya.
2. Konsistensi Gol
Dalam statistik (dikutip dari Soccerway) gol di kompetisi liga domestik, kedua penyerang asing ini tidak terlalu jauh berbeda. Bauman paling banyak mencetak delapan gol dalam satu musim.
Sedangkan Simic mencetak sembilan gol. Tapi perlu dicatat Bauman membutuhkan 41 penampilan untuk mencapai delapan gol tersebut, sedangkan Simic hanya membutuhkan sembilan penampilan.
Sejak 2009, dari seluruh liga domestik yang pernah dijalaninya, Bauman mengoleksi 39 gol. Pesaingnya, di sisi lain, hanya mencatatkan 26 gol dalam kurun waktu yang sama.
3. Usia dan Potensi
Salah satu faktor beringasnya Simic di Persija beberapa bulan terakhir adalah usianya. Bagi seorang penyerang tengah, usia 26-32 tahun merupakan masa-masa keemasan.
Di usia tersebut, penyerang memiliki pengalaman yang cukup dan kondisi tubuh yang mendukung untuk tampil maksimal di atas lapangan. Simic sendiri saat ini baru saja menginjak umur 30 tahun pada 23 Januari lalu.
Kubu biru memilih untuk berinvestasi pada penyerang yang lebih muda -- Bauman baru akan berulangtahun ke-27 pada 30 Maret mendatang.
Di atas kertas, Bauman memiliki potensi lebih besar untuk menjadi jawaban jangka panjang bagi Persib dalam sektor serangan. Bahkan, bukan tidak mungkin Bauman mencapai level yang lebih tinggi dibandingkan Simic tiga tahun mendatang, saat ia mencapai usia kepala tiga.