Sheikh Super Tajir, Berikut 5 Klub Milik Miliarder Arab
Banyak klub sepakbola di Eropa menghabiskan uang untuk menandatangani pemain. Pemain top menerima bahkan dapat menerima gaji mingguan yang fantastis dan tak masuk akal.
Banyak klub secara keuangan hampir pailit karena gaji yang menggunung. Namun hal ini mampu teratasi karena para pemilik mereka yang super tajir. Dan umumnya ini yang dilakukan miliarder dari negeri Arab yang kadang menggila membeli pemain dan gaji jauh di atas standar bursa transfer.
- Manchester City 3-1 Newcastle United: Hattrick Aguero Lumat Newcastle
- Usai Tundukkan Newcastle, Aguero Catat Hattrick ke-11 di Man City
- Aguero Bawa Man City Unggul di Babak Pertama
- Cara Efektif Arsenal ‘Berdakwah’ sebagai Klub Premier League dengan Muslim Terbanyak
- Martapura FC 2-4 Barito Putera: Laskar Antasari Menangi Derby Banua
- Ajang Indonesia Masters 2018 Jadi Test Event Menuju Asian Games
Manchester City contohnya, lahir paling muda diantara klub-klub besar lain di Inggris, namun tak buat klub yang berjuluk The Citizens ini kesulitan rekrut pemain bintang karena disokong finansial yang fantastis. Berikut INDOSPORT merangkum lima klub kaya di sepakbola Eropa yang dimiliki oleh miliader asal Arab.
1. Hull City
Hull City, klub yang didirikan tahun 1904 silam di Yorkshire, Inggris ini secara resmi mengambil bagian di divisi 2 pada tahun 1905. Awalnya Hull City tak miliki stadion sendiri. Mereka bahkan sempat memanfaatkan lapangan kriket sebagai home base mereka.
Walhasil prestasinya pun tak moncer. Mereka bahkan sempat terdegradasi ke kasta ketiga pada tahun 1930. Namun di tahun yang sama klub ini malah berhasil mencapai semifinal Piala FA, prestasi tertinggi yang pernah dicapai klub ini saat itu.
Setelah puluhan tahun mengalami ketidakpastian prestasi dan rongrongan finansial, akhirnya klub tersebut mendapat suntikan pada 2010 dari pengusaha Mesir, Aseem Allam. Miliarder Negeri Piramida ini sempat mengenyam pendidikan di Universitas Hull yang membuatnya seakan berhutang budi pada Hull. Dia lantas menginvestasikan lebih dari £40 juta untuk klub tersebut.
Masuknya suntikan segar membuat Hull berhasil promosi ke divisi teratas Liga Inggris pada 2013. Namun karena manajemen yang tak kunjung mengontrak bakat baru, membuat banyak para fans mengecam. Manajemen bahkan sempat mengubah nama klub menjadi Hull City Tigers yang juga mendapat kecaman dari fans.
Kondisi Hull diperparah dengan banyaknya pemain yang cedera. Tak ayal, membuat prestasi Hull makin anjlok dan kembali terlempar dari divisi teratas. .
Kabar terakhir, di akhir 2017 lalu Allam menyatakan akan segera menjual klub tersebut kepada pembeli potensial, berharap Hull bisa memiliki masa depan baru yang lebih baik dengan pemilik baru nanti.
2. Manchester City
Manchester City, klub yang berdiri pada1884 dengan nama awal St. Marks. Nama Manchester City diresmikan belakangan pada 1894 saat klub ini berhasil naik dari divisi dua ke divisi satu.
City alami periode paling sukses antara tahun 1968-1970 yang memenangkan cukup banyak piala. Yaitu Piala FA, Piala Liga, dan kejuaraan Eropa. Namun tahun 1980 klub kembali mengalami penurunan.
Nasib City berubah drastis saat dibeli oleh pejabat tinggi Thailand, Thaksin Shinawatra pada 2007 silam. Namun sang pemilik terseret kasus korupsi dan pencucian uang.
Singkatnya, pada tahun 2008 klub tersebut dibeli oleh Abu Dhabi United Group. Perusahaan ini punya seorang Wakil Perdana Menteri Uni Emirat Arab (UEA), Sheikh Mansour yang juga anggota dari keluarga kerajaan. Banyaknya gelontoran dana yang diterima klub, membuat The Citizens mampu membeli pemain-pemain bintang.
Uang telah mengubah nasib klub, bahkan kini City masih menongkrongi peringkat pertama klasemen Liga Inggris musim 2017/18
Sheikh Mansourmenghabiskan ratusan jutaan poundsterling untuk membeli pemain kelas dunia agar klub menjadi yang paling diperhitungkan di Inggris. Pada tahun 2011, Manchester City lolos ke Liga Champions dan memenangkan Piala FA. Keberhasilan ini mencapai puncaknya dengan menjuarai Liga Premier Inggris 2011-12 serta 2013-2014.
3. Paris Saint-Germain
Berbeda dengan dua klub sebelumnya yang memiliki sejarah panjang, PSG baru didirikan tahun 1970, meskipun cukup muda dibanding yang lain, PSG mampu mencapai kesuksesan dan menorehkan banyak rekor dari pada tim lain di Liga 1 Prancis.
Dalam sejarahnya, klub ini pertama kali adalah milik perancang busana asal Prancis, Daniel Hecgter.
Setelah sempat terlibat dalam skandal tiket ganda, kepemilikan berpindah tangan. Perusahaan investasi seperti Butler Capital, Colony Northstar, dan Morgan Stanley bergantian membeli saham di klub tersebut. Perubahan pemilik terus-menerus menghambat kinerja klub.
Namun semuanya berubah dengan kedatangan Nasser Al-Khelaifi, pemilik dari Qatar Sports Investments (QSi) pada tahun 2011. Ia membeli klub tersebut konon hanya seharga €80 juta. Kedatangan Nasser Khelaifi mengubah posisi keuangan klub yang sebelumnya banyak mengalami kerugian.
Miliarder dari Qatar ini mengubah klub menjadi kaya uang dalam semalam. Langkah pertama klub adalah oleh pemain terbaik di dunia. Zlatan Ibrahimovic, Thiago Silva, Cavani dan David Luiz semua dibeli dalam beberapa bulan setelah kedatangan mereka. Hal ini menyebabkan UEFA menghukum klub €60 juta karena dituduh melanggar Financial Fair Play.
Nasser Al-Khelaifi dikenal sebagai pemilik klub yang boros namun strategis. Hal ini membuat PSG menjelma sebagai salah satu klub yang berharga versi majalah Forbes 2017. Le Perisien berada di peringkat ke-13 sebagai klub paling bernilai dengan seharga 814 juta dolar AS.
Pendapatan PSG sendiri kabarnya sudah mencapai hampir 600 juta dolar, atau hanya kalah dari tim-tim besar seperti Barcelona, Madrid, Bayern Munchen dan Manchester United.
PSG juga mengejutkan dunia saat membeli eks megabintang Barcelona, Neymar dari Brasil dengan harga €222 juta dari Barcelona. Kini para pemain PSG yang terdiri dari Neymar, Cavani dan Mbappe disebut-sebut sebagai paket pemain depan termahal.
Konsorsium Qatar Sports Investments pada dasarnya didukung oleh kerajaan Qatar. Mereka juga memiliki televisi dan media olahraga BeIN Media Group. Nasser Khelaifi bahkan sempat terpilih sebagai orang paling berpengaruh di sepakbola Prancis beberapa tahun belakangan.
Meski PSG telah menghabiskan banyak uang untuk menandatangani pemain baru namun mereka masih gagal memenangkan trofi paling bergengsi di Eropa yaitu Liga Champions UEFA. Gelar tertinggi PSG di kompetisi Eropa hanya meraih Winner Cup 1995-96.
4. Malaga FC
Klub ini didirikan tahun 1904. Klub didirikan oleh para penggila sepakbola sekitaran Malaga, Spanyol. Setelah mengalami sejumlah masalah internal sekaligus perang sipil Spanyol, klub tersebut sukses promosi ke divisi tertinggi La Liga pada 1949.
Malaga memang sempat mengalami masa sulit di kasta tertinggi La Liga. Namun sepertinya 5 tahun ke depan takkan sulit bagi mereka bersaing melawan klub-klub terkemuka seperti Barcelona dan Real Madrid.
Apalagi setelah klub ini dibeli oleh Sheikh Abdullah Al Thani, anggota keluarga kerajaan Qatar yang membeli Malaga pada tahun 2010. Investasi dana segar ini membuat mereka mampu membeli banyak bintang seperti Martin Demichelis dan Julio Baptista. Klub ini berhasil memperbaiki kinerjanya secara drastis dengan finis di peringkat ke-4 musim 2011-2012 La Liga.
Setelah itu Malag berhasil bersaing di kancah kompetisi Eropa Champions League dengan tembus ke perempatfinal. Kala itu mereka diperkuat oleh bintang Real Madrid, Isco.
Namun setelah era ini, prestasi mereka cenderung menurun dan hanya bersaing di papan tengah La Liga. Kondisi ini membuat sang investor berfikir ulang untuk 'membakar' uangnya di klub berjuluk Boquerones.
5. Everton
Klub ini yang dibentuk pada tahun 1878 di Liverpool, Inggris merupakan salah satu anggota pendiri Football League pada tahun 1888. Rival abadi dari Liverpool ini sejak awal berdiri cukup sukses meraih trofi bergengsi, salah satunya memenangkan Piala FA pada 1906 dan Kejuaraan Liga pada tahun 1914 sebelum Perang Dunia 1 pecah.
Setelah perang dunia usai dan liga kembali bergulir, Everton kehilangan sentuhannya. Kinerja klub memasuki periode suram. Klub ini lantas dihidupkan kembali pada akhir 1920-an seiring bergabungnya bintang lapangan tengah, Dixie Dean.
Setelah liga dilanjutkan pada tahun 1946, Everton sekali lagi memasuki masa penurunan. The Toffees bahkan sempat terdegradasi ke divisi dua.
Namun tiga tahun belakangan ini keuangan klub berubah drastis saat miliarder Iran Farhad Moshiri membeli saham 49,9% di Everton F.C. Mantan pemegang saham Arsenal ditaksir memiliki kekayaan bersih sebesar $2,6 Miliar.
Moshiri awalnya adalah seorang akuntan publik terkemuka yang ikut membesarkan beberapa perusahaan firma top dunia seperti Ernst & Young dan Deloitte hingga akhirnya mencoba bisnis sepakbola saat membeli sebagian saham Arsenal setelah kenal dekat dengan pemilik Arsenal, Alisher Usmanov.
Everton telah menemukan investor yang sempurna. Meski penampilan mereka di Premier League belum menunjukkan banyak perbaikan musim ini.