Minim Kompetisi Usia Dini, Fakhri Husaini Minta PSSI Bermitra dengan Pemerintah
Pelatih Timnas Indonesia U-16, Fakhri Husaini mengusulkan federasi sepakbola Indonesia, PSSI, membangun hubungan kerja yang lebih intens dengan pemerintah. Kedua instansi itu diminta bekerja sama dalam menyediakan wadah dalam pembinaan kompetisi usia dini.
Hal itu berawal dari keprihatinan Fakhri Husaini terkait minimnya kompetisi kelompok umur yang diselenggarakan di Tanah Air. Keadaan itu membuatnya cukup kewalahan pasca memberikan libur bagi para pemain Timnas U-16.
Fakhri menjelaskan selama rehat dari pemusatan latihan, tim pelatih tidak bisa memantau secara detail perkembangan pemain Timnas U-16. Itu terjadi lantaran sebagian besar anak asuhnya belum memiliki klub, jadi tidak ada pelatih/instruktur yang membimbingnya.
"Kemarin (saat diliburkan) saya ada wacana untuk menitipkan pemain ke PPLP (pusat pendidikan dan latihan pelajar) milik Kemenpora, agar mereka bisa latihan rutin. Hanya masalahnya dari 23 pemain yang ada, tidak semua daerah punya PPLP karena hanya ada 13 PPLP saat ini. Makanya perlu ada mitra antara PSSI dan Kemenpora atau pemerintah agar bisa menampung anak-anak dari U-16 dan U-19 ini," tutur Fakhri.
Fakhri menyayangkan kinerja dari pengurus cabang PSSI khususnya Asosiasi Provinsi yang tidak pernah serius untuk membangun sepakbola dari bawah. Maka dari itu, PSSI ke depan harus lebih memperhatikan kompetisi level usia yang berkesinambungan.
"Harus ada upaya yang menekan apakah itu perintah dari PSSI untuk memberdayakan Asprov. Dari 34 Asprov, mungkin hanya lima sampai 10 persen yang laksanakan kompetisi. Ada turnamen tapi biasanya sistem gugur. Main sekali berhenti, kalau bisa Asprov bisa mencontoh Liga Top Skor atau Kompas," urai pelatih 52 tahun itu.
Menurut mantan pemain PKT Bontang itu, Indonesia sejak dahulu selalu melahirkan pemain berbakat. Sayangnya, hal itu tidak selaras dengan adanya kompetisi level usia yang menunjang perkembangan pemain. Karenanya ini menjadi tangung jawab besar bagi pihak terkait untuk lebih memperhatikan permasalahan dasar tersebut.
"Indonesia dari dulu sampai sekarang tidak pernah kekurangan pemain berbakat. Yang kita tidak punya adalah sistem yang mampu membuat anak-anak itu menjadi pemain hebat," ucap Fakhri Husaini.
"Pertama siapa yang paling bertanggung jawab bikin kompetisi anak-anak. Bagaimana menarik sponsor untuk berpartisipasi, termasuk sampai berapa besar bentuk kemitraan antara PSSI dengan pemerintah dan stake holder lainnya. Saat ini memang ada banyak kegiatan tapi jalan sendiri-sendiri," imbuhnya.
"Karenanya PSSI bermitralah dengan pemerintah. Berdayakanlah Asprov. Kalau itu bisa dilakukan, saya yakin tidak akan susah bagi pelatih untuk membentuk tim usia muda," tutup Fakhri Husaini.