Krisis Rohingya dan Hobi Nonton Bola Aung San Suu Kyi
Dunia saat ini tengah memfokuskan perhatiannya pada krisis kemanusiaan yang menimpa Suku Rohingya di Provinsi Rakhine, Myanmar.
Dalam laporan yang diulas berbagai media dunia, setidaknya 3.000 orang tewas dan puluhan ribu mengungsi sampai ke perbatasan dengan Bangladesh.
Di sisi lain, negara Asia Tenggara tengah menggelar Piala AFF U-18 di negara tersebut. Gelarannya menjadi penuh keprihatinan. Banyak negara yang meminta Myanmar menjamin nyawa tim nasional sepakbola negara lain, termasuk Indonesia.
- Makin Seksi, Aura Kasih 'Pamer' Gerakan-gerakan Yoga di Instagram
- Kangen Anak, Stefano Lilipaly Unggah Foto Garuda Kecilnya di Instagram, Menyentuh Banget
- Kabar Gembira, Gaya Selebrasi Timnas Myanmar di Piala AFF U-18 Kini Sudah Ada Memenya!
- Kocak Abis, Ini Usaha Warganet Gantikan Posisi Ryuji Utomo di Samping Ariel Tatum
- Pacari Ryuji Utomo, Ariel Tatum Laris Jadi Meme Lucu
Pemimpin de Facto Myanmar Aung San Suu Kyi dalam pemberitaan sendiri tak pernah sedikit pun menyinggung perhelatan Piala AFF U-18. Ini lantaran dia tengah tersudutkan krisis Rohingya. Seluruh dunia mengutuk aksi diam Suu Kyi pada pembataian etnis minoritas tersebut.
Bahkan beberapa media justru menuliskan, banyak pemimpin negara luar seperti Recep Tayyip Erdogan dari Turki hingga Presiden Iran Hassan Rouhani meminta pertolongan pada Indonesia untuk menjadi 'baris depan' negosiasi, mencari jalan keluar, demi menyelesaikan pelanggaran hak kemanusiaan ini.
Padahal, jika saja krisis Rohingya tidak ada, bisa dipastikan Suu Kyi menonton gelaran Piala AFF U-18 di bangku VVIP. Hal ini pernah dilakukannya 2011 silam. Dilansir dari Irrawaddy.com, sebuah foto dokumentasi memperlihatkan Suu Kyi menonton Piala AFF U-19 di Kota Rangoon.
Dia bersama pengusaha sukses Myanmar bernama Zaw Zaw di Stadion Thuwanna. Saat itu gelaran Timnasnya melawan Laos. Suu Kyi mengatakan pada jurnalis yang datang, dia diundang oleh Zaw Zaw yang juga merupakan penanggung jawab Federasi Sepakbola Myanmar. "Saya mau datang karena saya suka sepakbola," ujar Suu Kyi.
Namun memori indah itu kini tidak lagi terjadi. Suu Kyi lebih fokus pada sebuah kepentingan di balik pembantaian muslim Rohingya Myanmar.
Bukan karena isu agama, lebih dari itu, Rohingnya ternyata menduduki tanah yang di dalamnya terdapat kekayaan alam seperti tembaga, nikel, dan gas alam. Karenanya untuk bisa menduduki kawasan tersebut, penduduk Rohingya perlu disingkirkan.
Michael Austin, Profesor dari Universitas Eastern Kentucky dalam tulisannya di Psychologytoday menyebutkan bahwa sepakbola punya pengaruh pada perbaikan moral.
Meski memang banyak hal buruk yang lahir dari sepakbola seperti rasialis, berpura-pura cedera, ketidaksetaraan jender, dan bahkan menggigit lawan.
Namun banyak aturan yang tak tertulis dalam permainan yang mengarah ke sportivitas dan pembentukan karakter. Ketika lawan cedera serius, maka sang lawan akan sengaja membiarkan bola keluar agar sang lawan bisa diobati terlebih dahulu.
Maka, jika Aung San Suu Kyi mengaku sangat hobi bola, sudah seharusnya bola panas dalam perpolitikan Myanmar jeda sejenak, apapun masalahnya, karena sudah terlalu banyak jatuh korban.