3 Faktor yang Bikin Timnas U-22 Bisa Sabet Emas SEA Games
Tentu saja masih sumir untuk terburu nafsu meyakinkan diri bahwa Timnas U-22 bisa memamerkan medali emas di ajang SEA Games 2017. Akan tetapi, memulai langkah positif bahwa Garuda Muda bisa memangkas dahaga selama 16 tahun di ajang ini juga tidak salah.
Langkah menuju emas SEA Games tersisa 6 pertandingan lagi. Tak ada alasan untuk tidak menang pada parade pertarungan ini.
Timnas U-22 masih menyisakan 4 laga melawan Filipina, Vietnam, dan Kamboja di babak penyisihan. Thailand sudah berhasil dirampas satu poin, saat Evan Dimas dan kawan-kawan menahan imbang, Selasa (15/08/17) lalu.
Kini, anak asuh Luis Milla tinggal memuluskan jalan menuju pintu semifinal dengan setidaknya meraih 7 poin dari 3 laga terakhir di Grup B. Selanjutnya, tinggal menunggu nasib pertarungan di semifinal yang dipastikan bakal lebih mudah.
- Andik Vermansah 'Bakar' Semangat Timnas Indonesia U-22
- Timnas Indonesia Wajib Waspadai Para 'Samurai' Filipina
- Timnas U-22 Terpukau Dukungan Suporter Indonesia di Malaysia
- Gagal Menang dari Indonesia, Manajer Cantik Thailand Berkomentar Nyinyir
- Lawan Indonesia, Pemain Thailand Rasakan Hal Tak Biasa
- Indonesia Tahan Thailand, Berikut Hasil dan Klasemen Sementara Grup B
- Peringkat Timnas Indonesia U-22 di Klasemen Grup B SEA Games
Bagaimana tidak, jika mampu lolos dari Grup B, seharusnya Garuda Muda sudah terasah secara mental. Tim sekelas Thailand, Vietnam yang menjadi unggulan, serta Filipina dan Kamboja sebagai kuda hitam saja bisa diamankan, tanpa mengurangi kualitas Malaysia sebagai tuan rumah dan Myanmar yang juga tengah meroket penampilannya.
Belum lagi dukungan dari banyak pihak untuk para serdadu sepakbola Tanah Air. Beragam bentuk apresiasi dan sokongan nyata memadu dalam semangat juang mereka.
Untuk itu, INDOSPORT mencoba merangkum sejumlah faktor yang bisa membuat para pemain Timnas U-22 mencatat nama mereka dalam tinta sejarah. Berikut ulasannya:
1. Amanat Presiden Jokowi dan Komando Edy Rahmayadi
Sebelum berangkat ke SEA Games 2017, Timnas U-22 telah mendapatkan instruksi khusus dari Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Edy Rahmayadi selaku Ketua Umum PSSI. Keduanya sangat eksplisit meminta Timnas U-22 untuk pulang membawa prestasi tinggi dari Malaysia.
Presiden Jokowi sendiri berpesan agar para pemain Timnas U-22 bisa bermain maksimal saat berlaga. Hal ini disampaikan Gavin Kwan usai dilepas secara resmi oleh RI 1 tersebut.
"Iya tadi pagi kita sempat ke Istana Negara. Di sana Presiden berpesan kepada kami untuk memberikan yang terbaik," ungkap bek kana Timnas U-22 ini, Selasa (08/08/17).
Hal ini menjadi suara jelas bahwa Timnas U-22 tengah menjalankan 'tugas negara'. Tidak ada alasan untuk mengecewakan pesan seorang pimpinan sebuah bangsa.
Instruksi Presiden Jokowi juga senada dengan komando dari Edy Rahmayadi. Saat melepas Timnas U-22, Ketum PSSI ini menyatakan bahwa Marinus Wanewar ditargetkan untuk meraih emas.
“Kami kirim kalian untuk menang. Jangan pernah menyerah walaupun harus mati di lapangan," kata Edy dalam pidato pelepasan.
Edy yang juga menjabat sebagai Pangkostrad ini juga telah menyiapkan secara serius skuat Timnas U-22. Bahkan, PSSI juga mengeluarkan regulasi khusus untuk kompetisi demi menciptakan skuat Timnas U-22 yang mumpuni.
2. Gairah Sepakbola Indonesia
Kembang sepakbola Indonesia tengah merekah pasca sanksi yang dijatuhkan oleh FIFA. Indonesia menjalani masa-masa sulit saat tidak diizinkan untuk menggelar laga sepakbola resmi usai campur tangan pemerintah di federasi sepakbola kita.
Setahun di bawah sanksi, PSSI dan Pemerintah mulai berdialog mencari jalan keluar. Alhasil sebuah Kongres PSSI pun menjadi solusi untuk segera membenahi problem di ranah olahraga paling digemari warganya.
Salah satu momentum krusial adalah saat Indonesia berhasil melaju ke final Piala AFF 2016. Padahal saat itu langkah Skuat Garuda dipersiapkan dengan waktu terbatas.
Hal ini memacu PSSI untuk segera membangun skuat Timnas Indonesia yang lebih mumpuni. Tak tanggung-tanggung, Luis Milla didatangkan sebagai pelatih skuat senior dan U-22 Indonesia.
Milla sendiri memiliki curriculum vitae sebagai pelatih Timnas U-21 Spanyol. Bahkan Milla pernah membawa Matador Muda menjadi kampiun Euro U-21 di tahun 2011.
Misi ambisius pun dimulai kala Timnas U-22 dipersiapkan pada akhir Februari 2017 silam. Targetnya sudah jelas, membawa emas pulang ke bumi pertiwi.
Laga-laga Timnas Indonesia baik senior maupun junior pun kembali menjadi menarik untuk disimak. Lihat saja bagaimana antusiasme para pendukung saat menyaksikan laga Skuat Garuda di berbagai kelompok usia.
Gaung Piala AFF 2016 dan usaha merestorasi tata sepakbola nasional menjadi demam baru bagi para suporter. Hal ini sekaligus menekankan betapa pentingnya dukungan masyarakat untuk semangat juang Hansamu Yama dan kawan-kawan di lapangan.
Emas bisa berarti membayar lunas utang kepercayaan para pendukung yang kini dipikul para pemain Timnas Indonesia. Bukan hanya sekedar tugas negara dan instruksi lantang Sang Komandan.
3. Pembuktian Luis Milla
Hasil 1-1 melawan Thailand di laga perdana Timnas U-22 menjadi secercah cahaya. Jalan masih panjang, masih ada 6 laga lagi (jika tak ingin disebut singkat) untuk bisa meraih target utama.
Emas harga mati! Demikianlah titah Edy Rahmayadi kepada Luis Milla sesaat sebelum Timnas U-22 bertolak ke Malaysia.
Harapan besar masyarakat Indonesia kini bersandar pada perjudian PSSI untuk menggunakan jasa Luis Milla. Pelatih yang diangkat karena disebut PSSI karena negaranya memiliki kultur sepakbola serupa dengan Indonesia.
Luis Milla tak main-main saat membangun skuat Timnas U-22. Disiplin dan pola kekeluargaan menjadi ciri khas kepelatihannya.
Bisa dilihat bagaimana Evan Dimas dan Hansamu Yama sempat 'diparkir' dalam uji coba melawan Kamboja dan Puerto Rico, Juni 2017 silam. Keduanya disebut memiliki masalah attitude yang tak diinginkan Milla.
Namun akhirnya keduanya menjadi pilar utama Timnas U-22 saat menjalani laga di Kualifikasi Piala Asia U-23. Evan dan Hansamu menjadi pilar yang tak tergantikan dalam laga tersebut.
Hal lain yang ditekankan Milla adalah pendekatan dengan para pemain. Milla sebagai seorang profesional tahu betul bagaimana ego para pemain muda.
Untuk itu, Milla kerap mencoba berdiskusi dengan para pemain. Bahkan untuk urusan strategi, Milla tak sungkan untuk berbagi pengalaman.
Kini tinggal menunggu racikan sang arsitek juara Euro U-21 di ranah Asia Tenggara. Milla tentu tak ingin merasakan apa yang dialami Carlton Cole di Indonesia.
Sebuah dahaga prestasi dari tanah sepakbola yang tak segan untuk berlaku kasar pada sosok yang dianggap tak sesuai. Cole merasakan itu, menjadi pujaan para pendukung West Ham United, tak membuat Persib Bandung takut memecatnya karena dianggap tak kontibutif bagi tim.