Betapa Kerasnya Panggung Liga 1
Kompetisi kasta tertinggi sepakbola di Indonesia, Gojek Traveloka Liga 1 sudah memasuki pekan ke-17. Artinya, putaran pertama akan segera berakhir.
Putaran kedua Liga 1 sendiri akan dimulai pada pekan ke-18. Meski baru mencapai setengah kompetisi, Liga 1 sudah menujukkan betapa kerasnya persaingan menjadi juara hingga faktor non-teknis.
Baca Juga: |
---|
Persaingan Juara
Persaingan juara di Liga 1 boleh dibilang seperti ajang balap MotoGP. Setiap klub saling balap-membalap di papan atas klasemen sementara Liga 1.
PSM Makassar yang kokoh di puncak klasemen dan diprediksi menjadi juara paruh musim, harus tergusur dari singgasananya. Tim Juku Eja terlempar ke posisi kelima klasemen sementara Liga 1 di pekan ke-16 dengan raihan 28 poin dari 16 laga.
Persipura Jayapura yang saat ini jadi raja di klasemen sementara Liga 1. Tim Mutiara Hitam membuktikan mental juaranya sebagai jawara Liga Indonesia 2005, Indonesia Super League (ISL) 2008/09, 2010/11, dan 2013/14.
Terseok-seok di awal kompetisi, Persipura perlahan tapi pasti menuju papan atas di bawah kendali pelatih Wanderley Machoda da Silva. Pelatih asal Brasil itu ditunjuk manajemen Persipura sebagai pengganti Liestiadi yang mengundurkan diri di pekan-pekan tengah putaran pertama Liga 1. Tangan dingin Wanderley menempatkan Boaz Solossa dkk di puncak klasemen Liga 1 dengan raihan 30 poin dari 16 laga.
Tak hanya Persipura, Bhayangkara FC dan Bali United FC jadi tim kejutan hingga pekan ke-16. Bali United yang sempat inkonsisten di awal kompetisi, mampu menyodok ke posisi keempat klasemen sementara Liga 1 dengan perolehan 29 poin, di bawah kepemimpinan pelatiH Widodo Cahyono Putro yang menggantikan Peter Hans Schaller.
Begitupun Bhayangkara FC. Tampil inkonsisten di awal kompetisi, The Guardian merangsek ke tempat kedua klasemen sementara Liga 1 dengan raihan 30 poin dari 16 laga.
Madura United FC pun melakukan hal yang sama. Perlahan tapi pasti, tim Laskar Sapeh Kerrab itu menduduki posisi ketiga klasemen sementara Liga 1 dengan raihan 29 poin dari 16 laga.
Artinya, dari posisi puncak hingga kelima, persaingan hanya dipisahkan selisih gol dan satu poin. Sebuah peta persaingan yang menarik dan keras.
Pelatih-pelatih Berguguran
Tak hanya persaingan, kerasnya Liga 1 dapat dirasakan dari beberapa pelatih yang berguguran. Ada yang mengundurkan diri, ada pula yang dipecat.
Persipura sebelum memulai Liga 1 secara mengejutkan mendepak pelatih yang mengantarkan Ian Kabes cs menjadi juara Torabika Soccer Championship (TSC) 2016, Angel Alfredo Vera. Tim Mutiara Hitam menggantikan sosok Angel Vera dengan Liestiadi.
Mantan pelatih Persegres Gresik United itu akhirnya menyerah membesut tim Muatiara Hitam. Liestiadi undur diri dan digantikan Wanderley Machoda da Silva.
Belum lagi, tim bertabur bintang, Persib Bandung. Hasil minor yang menempatkan tim Maung Bandung di posisi ke-14 klasemen sementara Liga 1 dengan perolehan 21 poin dari 16 laga, ternyata memakan korban. Djajang Nurdjaman mengundurkan diri, dan digantikan sementara oleh sang asisten, Herrie Setyawan.
Selanjutnya Bali United yang mendepak hans Peter Schaller, dan menunjuk Widodo Cahyono Putro. Lalu PS TNI yang mendepak Laurent Hutton untuk digantikan Ivan Kolev.
Ada laga Borneo FC yang memecat Dragan Djukanovic, untuk selanjutnya menunjuk Ricky Nelson. Begitupun Persiba Balikpapan yang mengganti Timo Scheunemann dengan Milomir Seslija.
Masih ada Sriwijaya FC yang memecat Oswaldo Lessa, dan menunjuk Hartono Ruslan sebagai pelatih sementara. Terakhir Perseru Serui, Yusack Sutanto digantikan Agus Yuwono.
Non-Teknis
Banyak faktor non-teknis yang menunjukkan betapa kerasnya Liga 1. Faktor non-teknis di luar lapangan hijau hadir dari kalangan suporter.
Suporter Persib, Bobotoh, menjadi salah satu contohnya. Bobotoh pernah masuk ke dalam lapangan Stadion Patriot Candrabhaga, Kota Bekasi, beberapa bulan lalu.
Penyebabnya karena peforma jeblok yang ditampilkan Atep dkk. Ketika insiden tersebut, Persib hancur lebur kalah 0-2.
Hal serupa dilakukan suporter Persegres Gresik United. Mereka masuk ke dalam lapangan Stadion Petrokimia Putra, karena kekecewannya terhadap performa tim Kebo Giras yang menduduki dua posisi dari bawah klasemen sementara Liga 1. Hal itu terjadi kala Gresik United kalah 0-2 dari Persela Lamongan, Juni lalu.
Belum lagi datang dari para suporter yang melakukan aksi pelemparan botol air mineral ke para pemain lawan.
Perilaku para suporter sangat menunjukkan betapa kerasnya panggung Liga 1. Saking ingin klubnya berprestasi dan bersaing, mereka rela turun ke lapangan untuk melakukan apa saja, agar tim kesayangannya terus semangat raih kemenangan.