3 'Sisi Buruk' Presiden Real Madrid, Florentino Perez
Florentino Perez kembali menjadi presiden untuk jawara Liga Champions 2016/17, Real Madrid. Pria berusia 70 ini nantinya akan memimpin manajemen Los Blancos dalam kurun waktu empat tahun ke depan.
Baca Juga: |
---|
Terpilihnya Perez untuk kembali menjadi Presiden klub kebanggaan Ibu Kota Spanyol itu tak lepas dari tak adanya kandidat lain yang berani mencalonkan diri, untuk ‘menantang’ Perez dalam pemilihan presiden klub.
Hal tersebut diketahui melalui batas waktu pencalonan presiden yang diberikan tenggat waktu hingga Minggu (18/06/17) malam waktu Madrid. Dalam kurun waktu tersebut, tidak ada satupun sosok yang berani mencalonkan diri untuk menjadi Presiden Los Merengues.
Kembalinya Perez terpilih menjadi Presiden Real Madrid jelas menjadi angin segar untuk para pencinta Real Madrid di pelosok negeri. Pasalnya, selama di bawah kepemimpinannya Madrid banyak memenangkan gelar juara.
Terakhir, kita tentu ingat ketika Cristiano Ronaldo dkk berhasil mempertahankan gelar Liga Champions selama dua kali berturut-turut. Sebelum menjuarai Liga Champions musim 2016/17 dengan mengalahkan Juventus 4-1, Los Blancos juga berhasil meraihnya di musim 2015/16 dengan mengalahkan Atletico Madrid melalui babak adu penalti.
Selain gelar Liga Champions, Perez juga dikenal akan keberhasilannya dalam mendatangkan beberapa pemain bintang nan berkualitas. Jelas, itu menjadi nilai lebih untuk para suporter El Real dalam membanggakan klubnya.
Namun ternyata, di balik manisnya prestasi yang diraih Perez selama menjadi Presiden Real Madrid, terdapat pula ‘sisi gelap’ yang Perez tunjukkan ketika menjadi orang nomor 1 di Santiago Bernabeu.
Melihat akan data-data yang ada, INDOSPORT mencoba merangkum apa saja ‘keburukan-keburukan’ Perez selama menjadi Presiden Real Madrid.
1. Tidak Menghargai Legenda
Florentino Perez terkenal akan tangan dinginnya ketika menjadi Presiden Real Madrid. Berkat tangan dingin tersebut, tak sedikit raihan prestasi yang diperoleh Los Blancos selama 14 tahun dirinya memimpin Real Madrid.
Namun nyatanya, berbagai keberhasilan dan prestasi yang diraihnya tersebut juga turut ‘memakan korban’, yakni dibuangnya para pemain legenda yang telah mengabdi lama untuk berseragam putih-putih.
Tentu, kita ingat ketika mantan kapten Real Madrid, Iker Casillas, tidak diberikannya perpanjangan kontrak. Padahal, lulusan akademi Real Madrid Castilla itu telah 16 tahun lamanya membela Real Madrid Senior dan telah menjadi ikon Madrid di era modern.
Alasan umur yang telah menua, serta menurunnya performa menjadi alasan utama Perez untuk mendepak legenda Madrid itu dari Santiago Bernabeu.
Dalam hal ini, Casillas tidak sendirian. Sebelumnya, Raul Gonzalez, Guti, hingga Fernando Hierro pun pernah merasakan betapa dinginnya tangan Florentino Perez saat menjadi Presiden Los Blancos.
Hierro menjadi korban pertama sebagai pemain yang telah lama mengabdi untuk Madrid, namun didepak demi kepentingan tim. Membela Los Blancos sejak 1989, dirinya menjadi pemain ‘legenda’ pertama Madrid yang didepak pada tahun 2003 lalu, 3 tahun pasca Perez memimpin Real Madrid.
Sedangkan Raul Gonzalez dan Guti menjadi korban pasca Perez kembali terpilih menjadi Presiden Madrid di tahun 2009. Pada tahun 2010, keduanya tidak diberikan perpanjangan kontrak, dan ‘melantarkan’ bak seorang pemain biasa-biasa saja.
2. Gemar Memecat Pelatih
Selain para pemain, jajaran kursi kepelatihan Real Madrid pun pernah merasakan betapa dinginnya Perez ketika keinginannya tidak terpenuhi. Pasalnya, beberapa pelatih terkenal pun pernah didepaknya karena sifat ‘instan’nya dalam meraih sebuah gelar.
Mantan pelatih Tim Nasional (Timnas) Spanyol, Vicente del Bosque, pernah merasakan bagaimana dirinya didepak dari Madrid di tahun 2003 dan dikatakan sudah terlalu tua untuk melatih Los Blancos.
“Del Bosque menunjukkan dirinya sudah terlalu tua dan letih untuk melatih Madrid. Saya ingin jelaskan di sini, bahwa dirinya tidak akan lagi menjadi pelatih Madrid dalam beberapa waktu ke depan,” ucap Perez kala itu kepada BBC.
Padahal, semenjak menandatangani kontrak resmi bersama Madrid pada bulan November 1999, Bosque setidaknya telah memberikan masing-masing 2 gelar La Liga dan Liga Champions, serta masing-masing 1 gelar Supercopa de Espana, Piala Super UEFA, serta Piala Interkontinental.
Sepeninggalan Bosque, Madrid telah lima kali mengganti pelatih selama Perez memimpin, sebelum akhirnya ia mengundurkan diri pada Februari 2006.
Dirinya pun kembali menjadi Presiden Real Madrid pada Mei 2009, dengan menjadikan pelatih Los Blancos kala itu, Juande Ramos, sebagai ‘korban’ tangan dinginnya. Walau persentase kemenangannya mencapai angka 66 persen, namun tidak adanya gelar yang ia persembahkan menjadi alasan Perez mendepaknya dari Santiago Bernabeu.
Pasca Ramos pun, 4 pelatih pernah merasakan bagaimana rasanya didepak oleh Perez. Pelatih Madrid saat ini, Zinedine Zidane, menjadi pelatih kelima yang masih bertahan berkat raihan gelar 2 Liga Championsnya.
3. 'Membuang' Pemain Bertalenta
Sudah bukan menjadi rahasia umum bahwa Real Madrid kerap kali membeli pemain muda, bertalenta, dan dengan harga tinggi. Hal ini mereka lakukan untuk menambah amunisi mereka, dan juga ‘merampas’ kekuatan sebuah klub.
Namun sayangnya, di antara beberapa pemain muda yang mereka rekrut tidak semuanya bersinar ketika berseragam Real Madrid. Nama-nama seperti Nuri Sahin, James Rodriguez, Danilo, hingga Michael Owen pun pernah menyia-nyiakan waktunya ketika berseragam Real Madrid.
Tidak hanya mereka saja, didikan asli Real Madrid Castilla macam Roberto Soldado hingga Alvaro Morata juga pernah merasakan bagaimana talenta mereka tidak dipergunakan dengan baik di Real Madrid.
Teruntuk Morata, dirinya sempat bersinar ketika dijual ke Juventus. Namun, performa impresifnya di Turin membuat Los Blancos kembali menariknya ke Bernabeu dan, lagi-lagi, kembali menjadi penghias bangku cadangan.