INDOSPORT.COM – Berbicara tentang Mason Mount, semua pecinta sepak bola akan berpikir tentang pemain muda nan potensial yang dimiliki Chelsea. Namun, bagi pendukung Timnas Inggris, sosoknya hanyalah ‘peliharaan’ bagi pelatih di level internasional dan klub.
Timnas Inggris menjalani laga pamungkasnya di UEFA Nations League 2020/21 dengan menjamu Islandia di Stadion Wembley. Dalam laga ini, Gareth Southgate selaku pelatih memilih menurukan para pemain muda dengan rata-rata usia 21 tahun ke bawah.
Laga melawan Islandia sendiri hanya menjadi laga uji coba saja. Sebab, Inggris dipastikan tak lolos ke semifinal UEFA Nations League 2020/21 usai ditumbangkan Belgia.
Wajar jika Southgate memilih para pemain muda untuk bermain. Nama-nama seperti Mount, Declan Rice, Phil Foden, Bukayo Saka, Tammy Abraham, Jadon Sancho dan lain sebagainya pun diberi kesempatan bermain.
-Di laga ini, Inggris mampu mempecundangi Islandia dengan skor 4-0 di mana empat gol The Three Lions dicetak oleh pemain berusia 21 tahun ke bawah yakni Mount, Rice dan Foden (2 gol).
Tentu empat gol dari tiga pemain ini menjadi bukti nyata bahwa Inggris berada dalam proses regenerasi pemain. Banyaknya para pemain muda yang muncul di level klub memberi berkah tersendiri untuk Southgate dan The Three Lions.
-Salah satu pemain muda yang kerap menjadi sorotan sendiri adalah Mason Mount. Sorotan ini diberikan bukan karena performanya, melainkan karena kehadirannya yang dianggap memblokade pemain yang lebih apik.
Sebelumnya, Mount mendapat kritikan karena seakan menjadi anak emas Frank Lampard bersama Chelsea. Pun di Timnas Inggris, ia menjadi anak emas Southgate. Kritikan dan hujatan ini tak lepas dari namanya yang selalu ada di starting line up kedua tim.
Mount bahkan membuat Lampard melupakan Callum Hudson-Odoi di Chelsea dengan memainkannya sebagai winger, dan bahkan membuat Southgate melupakan sosok Jack Grealish. Kedua pemain ini nyatanya lebih superior dibanding dirinya.
Namun, Mount tetap dipakai dan dimainkan terus menerus oleh Lampard dan Southgate. Wajar jikalau cemoohan yang menyebutnya anak emas atau ‘peliharaan’ pelatih bermunculan.
Cemoohan itu pun dibalas Mason Mount tepat saat membela Timnas Inggris. Ia menegaskan dirinya bukanlah ‘hewan peliharaan’ pelatih.
“Saya adalah pemain yang ingin melakukan yang terbaik untuk tim dan bekerja keras. Dan mungkin orang menanggapi hal itu dengan sudut pandang yang salah, saya tak tahu,” tutur Mount dikutip dari Sky Sports.
Memang benar cemoohan ‘peliharaan’ atau anak emas terlalu kasar untuk pemain muda sepertinya. Mungkin, ada baiknya melihat dari sudut pandang Mount sendiri di mana ia kerap dipilih karena dua hal, yakni pekerja keras dan siap melakukan apa saja untuk tim.
Mount bukanlah pemain bertipe kreatif layaknya Jack Grealish atapun lincah seperti Callum Hudson-Odoi. Tapi sepak bola tak semudah melihat pemain dari talenta, melainkan juga usaha dan kerja keras sang pemain sendiri.
Mount adalah pemain bertipe pekerja keras. Pemain yang dibutuhkan setiap tim. Tak pelak Lampard dan Southgate menyukainya. Selain itu, pemain berusia 21 tahun ini tak segan bermain di luar posisi aslinya hanya untuk kebaikan tim.
Mason Mount rela catatannya menurun drastis di Chelsea saat diturunkan menjadi winger hanya demi membantu pertahanan di lini sayap kiri penyerangan saat Ben Chilwell melakukan overlap. Hal yang jarang dilakukan Hudson-Odoi.
Bahkan di Timnas Inggris, ia rela ditempatkan di mana saja asalkan The Three Lions meraih kemenangan walaupun menjadi Second Striker yang terus berlari selama 90 menit untuk menekan lawan di area pertahanannya sendiri.
Mount sendiri rela kerap ‘dipaksa’ menjadi Second Striker, gelandang serang, atau bahkan winger kiri. Jauh posisi favoritnya yakni sebagai pemain bernomor 8 atau Box-to-Box.
“Saya adalah gelandang dan pemain bernomor 8. Saya ada di posisi itu selama berkarier. Itu posisi naturalku dan saya tahu saya banyak bermain agak melebar, tapi saya lebih suka sebagai gelandang,” tuturnya dikutip dari Four Four Two.
Namun mengapa Mount mau? Kembali ke alasan awal yakni demi kebaikan tim. Ia mengedepankan kepentingan tim ketimbang kariernya, hal yang jarang dimiliki para pemain sepak bola saat ini.
Dengan alasan tersebut, wajar jika Frank Lampard dan Gareth Southgate mengandalkan Mason Mount di Chelsea dan Timnas Inggris. Karena pada era keduanya, pemain hebat tak hanya bermodalkan talenta, melainkan dari kerja keras dan keinginan kuat untuk memberikan yang terbaik.
- xem bóng đá trực tuyến - 90phut - cakhia - mitom