INDOSPORT.COM - Mantan kiper Liverpool, Ray Clemence, meninggal dunia di usia 72 tahun pada hari Minggu (15/11/20).
Kepergian pria bernama lengkap Raymond Neal Clemence tersebut tentu membuat para penikmat sepak bola sedih. Penggemar The Reds pun pasti sangat kehilangan sosok legendanya itu.
Sebagai manajer dan perwakilan Liverpool saat ini, Jurgen Klopp turut menyampaikan belasungkawa dan dukacita sedalam-dalamnya untuk mendiang Ray Clemence. Menurutnya, Clemence adalah salah satu fondasi yang telah membangun Liverpool hingga seperti ini.
“Kita tidak boleh lupa bahwa pemain-pemain hebat membangun tim dan klub yang hebat pula. Anda hanya perlu mendengarkan cerita dari para legenda di Liverpool pada masanya untuk mengetahui betapa penting perannya,
-“Ray Clemence adalah salah satu alasan klub kami begitu spesial. Kami saat ini sedih tapi juga penuh apresiasi, penggemar akan selalu mengingatnya sebagai orang hebat yang berkontribusi besar bagi Liverpool,” kata Klopp dikutip dari laman resmi klub.
Sejalan dengan perkataan Jurgen Klopp, rasanya tidak berlebihan jika menyebut Ray Clemence sebagai kiper terbaik nan legendaris yang pernah dimiliki The Reds sepanjang masa.
-Ia adalah salah satu pembelian apik Bill Shankly pada musim panas 1967, didatangkan dari Scunthorpe United dengan banderol 18 ribu poundsterling. Ia menggantikan posisi Tommy Lawrence sebagai kiper permanen pada musim 1969-1970.
Ray Clemence pun menjelma sebagai kiper terbaik di Eropa sepanjang tahun 1970-an dan awal 1980-an, periode di mana Liverpool memenangkan lima gelar liga dan tiga Piala Eropa (Liga Champions).
Melakoni debut pada 25 September 1968, Clemence sudah tampil sebanyak 665 kali selama pengabdiannya di tim utama Liverpool. Ia adalah lini pertahanan terakhir yang begitu tangguh.
Hebatnya, sebelas musim setelah menggantikan Lawrence, Clemence hanya melewatkan tiga pertandingan saja di level liga. Sebesar itulah peran dan keberadaannya yang sangat dibutuhkan oleh tim.
Bertugas sebagai penjaga gawang Liverpool, Clemence sering merasa ‘kesepian’ karena rekan-rekannya yang bermain di outfield kerap kali tampil ke depan dan menyisakan sedikit tugas baginya di lini pertahanan terakhir.
Meski demikian, hal tersebut tidak membuat seorang Ray Clemence lengah. Baik mata dan tangannya tidak pernah goyah, ia selalu memfokuskan diri pada bola yang bisa sewaktu-waktu memasuki area bahkan gawangnya.
- xem bóng đá trực tuyến - 90phut - cakhia - mitom