Liga Indonesia

Kisah Bonggo Pribadi, Bek Legendaris Arseto Solo dan PSIS Semarang

Minggu, 19 April 2020 18:05 WIB
Penulis: Prabowo | Editor: Indra Citra Sena
© Ian Setiawan/INDOSPORT
Asisten pelatih PSIM Yogyakarta, Bonggo Pribadi. Copyright: © Ian Setiawan/INDOSPORT
Asisten pelatih PSIM Yogyakarta, Bonggo Pribadi.

INDOSPORT.COM - Indonesia pernah memiliki sosok bek tengah tangguh di era kompetisi 1990-an bernama Bonggo Pribadi. Dia pernah memperkuat Pelita Jaya, Arseto Solo, hingga melegenda bersama PSIS Semarang.

Bonggo merupakan pemain jebolan timnas Pelajar 1985 yang turun di Kejuaraan Asia Pelajar. Performa apiknya membuat pelatih di timnas senior, mendiang Bertje Matulapelwa, membawanya ke Pelita Jaya.

Bersama tim milik penguasaha gila bola Nirwan Bakrie, dia turut meraih tiga gelar juara Galatama 1988/89, 1990, dan 1993/94. Bonggo bersama Pelita Jaya juga menduduki posisi runner-up edisi 1986 dan 1987/88.

"Saya banyak menjalani cerita bersama Pelita Jaya karena memang klub profesional pertama setelah berangkat dari tim junior. Rasanya luar biasa karena tim itu banyak dihuni pemain-pemain bintang," kata Bonggo Pribadi kepada redaksi berita olahraga INDOSPORT, Minggu (19/4/20).

Setelah Pelita, eks pelatih Blitar United itu berlabuh ke Arseto Solo. Hanya saja, kariernya di sana hanya bertahan dua musim, mengingat tim  bubar seiring runtuhnya rezim Presiden Soeharto yang notabene ayahanda empunya Arseto, Sigit Harjoyudanto.

"Saat di Arseto mungkin moment yang tidak saya lupakan saat kompetisi tidak berlanjut karena unjuk rasa di mana-mana. Saat itu kita pulang dari Bandung naik kereta turun di dekat Purwosari lalu jalan kaki ke Mes Kadipolo," kenangnya.

Berikutnya, Bonggo lantas pindah ke PSIS Semarang bersama nama-nama lain jebolan Arseto Solo, seperti Agung Setyabudi dan I Komang Putra. Bersama Laskar Mahesa Jenar, pria kelahiran Surabaya itu menjuarai Liga Indonesia 1998/99.

"Kami sebenarnya tidak akan berangkat ke Jakarta (babak 8 besar) ya karena memang tidak ada uang. Tim baru berangkat setelah mendapatkan bantuan dana dan tanpa persiapan," ungkapnya.

- xem bóng đá trực tuyến - 90phut - cakhia - mitom

"Saat babak itu jadi satu hotel dengan tim lain. Mereka sempat kaget karena kita tidak menggelar latihan sendiri. Ya memang kami niatnya hanya sebatas menyelesaikan kompetisi saja, malah akhirnya juara," tambah Bonggo Pribadi.

Loyalitas Terjaga

Semusim berselang, performa PSIS Semarang justru merosot dan harus degradasi ke Divisi I. Di saat banyak pemain bintang yang hengkang, Bonggo tetap setia berbaju PSIS.

"Mungkin karena keputusan saya tetap bertahan mungkin dianggap loyal oleh manajemen. Bercandaanya karena sudah tidak ada yang dikejar lagi (setelah juara) akhirnya terdegradasi. Setelah itu kami juara Divisi I dan promosi," kata eks Persikad Depok tersebut.

Bertahan hingga menjadi asisten pelatih hingga caretaker, prestasi Bonggo bisa dibilang cukup apik. Dia membawa PSIS meraih predikat runner-up Divisi Utama 2006 dan runner-up turnamen pramusim Piala Emas Bang Yos (PEBY) 2006.

Soal keputusan itu, Bonggo mengaku memiliki alasan tersendiri saat menerima ajakan Seto Nurdiyantoro ke PSIM Yogyakarta sebagai asisten pelatih. Keberadaan Seto membuatnya mantap berlabuh ke Kota Pelajar.

"Coach Seto pelatih bagus dan berprestasi, sehingga saat saya ditawari ya langsung oke saja. Apalagi, manajemen PSIM juga bagus seperti tim-tim Liga 1," pungkas Bonggo Pribadi.

- xem bóng đá trực tuyến - 90phut - cakhia - mitom