INDOSPORT.COM – Absen tim Liga 1 main di Liga Champions Asia, membuat sepak bola Indonesia berduka, padahal 7 klub ini pernah ukir prestasi membanggakan.
Berdasarkan data dari AFC, ranking kompetisi Liga Indonesia merosot ke posisi 13 zona timur. Dengan kata lain, tim-tim Liga 1 harus absen untuk Liga Champions Asia 2021 karena terlempar dari 12 besar zona Asia Timur.
Absennya klub Liga 1 di Liga Champions Asia 2021, tentu membuat sepak bola Indonesia berduka karena kehilangan kesempatan untuk bertanding dengan para raksasa Asia.
Memang tak dapat dipungkiri prestasi tim Indonesia di Liga Champions Asia dalam beberapa tahun terakhir memang dalam sorotan. Di dua edisi terakhir saja, tim Liga 1 tidak mampu lolos ke babak utama Liga Champions Asia.
-Itulah yang menjadi penyebab ranking kompetisi Liga Indonesia mengalami penurunan peringkat sehingga harus absen di Liga Champions Asia musim depan. Padahal di masa lalu, klub-klub Indonesia pernah ukir prestasi membanggakan di Liga Champions Asia.
Berikut ini, 7 klub Indonesia yang mampu berbicara banyak di ajang Liga Champions Asia.
-PSMS Medan
Pertama ada PSMS Medan yang pernah mencatatkan prestasi mencapai semifinal ajang Asian Club Championship 1970. Sebagai informasi, Asian Club Championship merupakan cikal bakal dari ajang Liga Champions Asia yang kita kenal saat ini.
Bermaterikan permain lokal nan legendaris seperti Ronny Paslah, Ipong Silalahi hingga Tumpak Sihite. PSMS Medan berhasil melaju ke semifinal setelah lolos sebagai runner up grup B yang berisikan Hapoel Tel Aviv (Israel), West Bengal (India), dan Royal Thai Police (Thailand).
Sayang di babak semifinal, langkah PSMS Medan harus dihentikan oleh Taj Tehran (Iran) yang kemudian menjadi juara Asian Club Championship 1970. Di perebutan tempat ketiga, PSMS Medan harus kembali menelan kekalahan dari Homenetmen (Lebanon).
Krama Yudha Tiga Berlian
Sekitar 16 tahun kemudian, kembali muncul tim Indonesia yang dapat berbicara banyak di kompetisi level Asia yaitu Kramayudha Tiga Berlian.
Klub asal Palembang yang kini sudah bubar itu bisa dikatakan meraih prestasi tertinggi tim Indonesia karena menjadi juara ketiga Asian Club Championship. Langkah Krama Yudha Tiga Berlian sendiri terhenti di semifinal oleh Daewoo Royals (Korea Selatan).
Akan tetapi, Krama Yudha Tiga Berlian berhasil mencatatkan sejarah dengan mengalahkan Al Ittihad Aleppo (Syria) dalam perebutan tempat ketiga, sebuah prestasi yang melebihi PSMS Medan.
Pelita Jaya
Siapa sangka dalam waktu 5 tahun kemudian, pencapaian Krama Yudha Tiga Berlian berhasil disamai oleh Pelita Jaya.
Memulai langkahnya di Asian Club Championship 1991 sejak babak kualifikasi, Pelita Jaya yang saat itu digawangi Bambang Nurdiansyah dan Rully Nere tampil apik sehingga mampu lolos ke semifinal. Namun perjuangan Pelita Jaya akhirnya harus terhenti di semifinal oleh Esteghlal (Iran).
Pelita Jaya akhirnya menyamai prestasi Krama Yudha Tiga Berlian dengan menjadi juara ketiga Asian Club Championship 1991 setelah sukses mengalahkan klub Korea Utara, April 25 melalui drama adu penalti.
Arseto Solo
2 tahun setelah kisah legendaris Pelita Jaya, muncul Arseto Solo yang sukses mengharumkan sepak bola Indonesia dalam tingkat Asia.
Setelah menyingkirkan Hai Quan (Vietnam), Kota Rangers (Brunei Darussalam) dan Thai Farmers Bank (Thailand), Arseto Solo berhak tampil dalam babak akhir Asian Club Championship.
Sayangnya Arseto Solo gagal melaju ke semifinal setelah kalah dari Yomiuri (Jepang), Al-Shabab (Arab Saudi) dan Muharraq Club (Bahrain) di fase grup.
Persib Bandung
Persib Bandung ternyata juga pernah mengukir prestasi membanggakan di Asian Club Championship dengan mencapai babak akhirnya. Sama seperti Arseto Solo, Persib Bandung hanya tinggal selangkah lagi untuk mencapai babak semifinal.
Persib Bandung yang saat itu berstatus sebagai kampiun Liga Indonesia jilid pertama tak kuasa melawan Thai Farmers Bank, Seongnam Ilhwa Chunma (Korea Selatan), dan Verdy Kawasaki (Jepang) di babak akhir sebelum menuju semifinal.
PSM Makassar
Memasuki tahun 2000-an, PSM Makassar sukses membuat kejutan dengan melangkah hingga perempatfinal Asian Club Championship 2000/2001. PSM Makassar sendiri saat itu memang diperkuat para pemain bintang.
Sebut saja Hendro Kartiko, Kurniawan Dwi Yulianto, Miro Baldo Bento, Carlos De Melo (Brasil), Charles Lionga (Kamerun), hingga Joseph Lewono (Kamerun). Sayang memang PSM saat itu tersingkir babak 8 besar dengan sistem grup.
Saat itu PSM Makassar tergabung bersama Jubilo Iwata (Jepang), Suwon Samsung Bluewings (Korea Selatan), dan Shandong Luneng Taishan (China).
Persik Kediri
Terakhir, ada Persik Kediri yang menjadi klub Indonesia terakhir yang sanggup mengejutkan sepak bola Asia di era kompetisi yang sudah berganti nama menjadi Liga Champions Asia. Tepatnya pada 2007, sejatinya Persik Kediri tergabung ke dalam grup neraka.
Yaitu, Urawa Red Diamonds (Jepang), Sydney FC (Australia), dan Shanghai Shenhua (China). Meski pada akhirnya Persik Kediri gagal lolos dari fase grup, tetapi mereka mampu mencatatkan rekor tak pernah kalah jika bertanding di kandang.
Persik Kediri sanggup menahan imbang Urawa Red Diamonds yang nantinya akan menjadi juara serta bisa mengalahkan Sydney dan Shandong Luneng. Itulah ketujuh klub legendaris Indonesia yang sanggup berbicara banyak di Liga Champions Asia.
- xem bóng đá trực tuyến - 90phut - cakhia - mitom