Laga panas siap hadir di babak semifinal Piala Presiden 2018, antara Persija Jakarta berhadapan dengan PSMS Medan yang akan dihelat di Stadion Manahan, Solo, pada Sabtu (10/02/18) malam WIB.
Persija dipastikan lolos ke babak semifinal usai mereka berhasil melengserkan Mitra Kukar dengan skor 3-1 dalam laga yang dihelat di Stadion Manahan, Solo beberapa waktu lalu. Kemenangan berhasil diraih dari gol Marko Simic dan Bambang Pamungkas
Laga semifinal putaran pertama, @PSMSOfficial melawan @Persija_Jkt. Kick off pukul 19.30 WIB dan akan disiarkan langsung oleh @IndosiarID dari Stadion Manahan Solo.#PialaPresiden pic.twitter.com/0oapglXSUM
— Piala Presiden 2018 (@Liga1Match) February 10, 2018
Begitu pula PSMS Medan yang dengan perkasa berhasil menang atas rival mereka di final Liga 2 musim 2017 lalu, Persebaya Surabaya. Keduanya sempat berada pada posisi imbang hingga waktu normal. Namun, lewat drama adu penalti, PSMS mampu unggul dari Bajul Ijo.
Jelang duel klasik tersebut, rupanya kedua tim punya kenangan tak terlupakan dalam sejarah sepakbola Indonesia. Tepatnya pada era 1970-an, dimana Indonesia memiliki dua tim raksasa yang menguasai kompetisi. Mereka lah Persija Jakarta dan PSMS Medan.
Presscon PSMS Medan versus Persija Jakarta besok. pic.twitter.com/0B714eXCl3
— PSMS Medan (@PSMS_id) February 9, 2018
Dari 1971 hingga 1979, gelar juara hanya bergantian dipegang oleh salah satu dari kedua klub tersebut. Namun dari deretan tahun tersebut, ada satu musim yang mungkin tak bisa dilupakan oleh dua tim legendaris ini.
Kenangan tersebut adalah ketika mereka berhadapan dalam partai final Liga Indonesia musim 1975 silam. Dimana sederet fakta unik dan kontroversial mewarnai laga antara Ayam Kinantan dan Macan Kemayoran, yang digelar di Stadion Utama Senayan yang kini berganti nama menjadi Stadion Utama Gelora Bung karno. Berikut INDOSPORT berhasil mengungkap sederet fakta kontroversial yang terjadi di laga itu.
- xem bóng đá trực tuyến - 90phut - cakhia - mitom