Parachute Rocket Flare yang Tewaskan Suporter Timnas

Minggu, 3 September 2017 14:04 WIB
Penulis: Muhammad Adiyaksa | Editor: Gregah Nurikhsani Estuning
 Copyright:

Parachute Rocket Flare atau roket pelontar cerawat pada dasarnya adalah benda pemantik pertolongan awak kapal karena alat ini memancarkan cahaya maupun asap. Sehingga tim penyelamat bisa melihat secara jelas dan dengan segera bisa memberikan pertolongan.

Roket pelontar cerawat biasanya berbentuk tabung. Umumnya ada di kapal dan pesawat untuk memberi sinyal di udara selama beberapa waktu lamanya.

© Istimewa
Parachute Rocket Flare. Copyright: IstimewaParachute Rocket Flare.

Dikutip dari beberapa sumber, roketnya berasal dari aluminium berbahan bakar padat dan pemantiknya seperti pistol dumpis (menggunakan pen dan ditekan). Begitu dinyalakan, roket pelontar cerawat akan terbang. Pada siang hari, akan terlihat asap. Namun berbeda saat malam hari. Yang tampak semacam mercon ataupun api. 

Menurut Nur Agustinus pemilik situs betaufo.org, dari kejauhan, baik parasut maupun asapnya biasanya tidak terlihat dengan jelas. Yang tampak hanya sinarnya saja. Warnanya merah mencolok, bergerak secara perlahan agak menurun. Bisa juga mengikuti arah angin dan tiba-tiba padam dan meredup karena material flare-nya telah habis.

Benda yang bila disalahgunakan akan berbahaya bagi keselamatan seseorang tersebut ditemukan pada pertandingan Tim Nasional (Timnas) Indonesia melawan Fiji, Sabtu (02/09/17) di Stadion Patriot Candrabhaga, Bekasi. Seseorang dari tribun selatan menyulut roket pelontar cerawat hingga menyebabkan korban jiwa bernama Catur Yuliantono (32).

Roket pelontar cerawat tepat mengenai kepala korban hingga bersimbah darah. Nyawa pria yang beralamat di Duren Sawit, Jakarta Timur itu pun tidak tertolong dalam perjalanan menuju rumah sakit.

Cara kerja roket pelontar cerawat terbilang ekstrem bila disalahgunakan. Benda itu terbang membawa api flare. Jika terbentur sesuatu, roket pelontar cerawat akan menyala dan mengeluarkan api.

Sebenarnya sedari dulu, PSSI telah melarang suporter untuk menyalakan cerawat, petasan, bom asap, mau pun benda berbahaya lainnya di dalam stadion. Bila cerawat yang bahkan dalam aturan FIFA dilarang, masih ada kah yang berani untuk membawa benda yang mengancam keselamatan orang lain ke dalam stadion?

- xem bóng đá trực tuyến - 90phut - cakhia - mitom

Masih ingat dengan kasusnya Iqbal Samad? Pada kompetisi Indonesia Super League 2012 lalu, pemain berusia 34 tahun itu bermain untuk Persiba Balikpapan yang menghadapi Persisam Samarinda (kini Bali United). Iqbal menjadi korban ledakan petasan oleh suporter. Insiden itu membuat kakinya terbakar bahkan sampai membuat lubang di bagian betisnya.

Segelintir suporter sepakbola biasanya tidak berpikir jauh ke depan terkait dampak negatif membawa benda-benda berbahaya tersebut ke dalam stadion. Mereka hanya menyangka menggunakan benda tersebut sebagai bentuk dari militansi mendukung tim kesayangan.

Selamat jalan Catur. Semoga menjadi korban yang keganasan terakhir tribun stadion sepakbola. Mengutip sebuah kalimat dari jurnalis olahraga INDOSPORT, Gregah Nurikhsani Estuning, orang yang pergi ke stadion berhak untuk pulang hidup-hidup.

- xem bóng đá trực tuyến - 90phut - cakhia - mitom
1.6K