4 Biang Kerok PBSI Ciptakan Sejarah Miris di Asian Games 2022
INDOSPORT.COM – Empat penyebab PBSI bisa ciptakan sejarah miris dengan nol medali untuk tim bulutangkis Indonesia di Asian Games 2022.
Seperti diketahui, tim bulutangkis Indonesia untuk pertama kalinya dalam sejarah gagal menyabet satu pun medali di Asian Games 2022.
Anthony Ginting dkk gagal mengamankan medali di nomor beregu dan perorangan di pesta olahraga terbesar se-Asia tersebut.
Skuad Merah Putih gagal mengulang sejarah manis yang tercipta pada edisi lalu yakni 2018 yang berhasil panen medali di cabang olahraga bulutangkis.
Hal ini turut menjadi sorotan Badminton Lovers atau penggemar bulutangkis yang menganggap PBSI lah yang harus bertanggung jawab penuh terkait dengan kegagalan wakil Indonesia di Asian Games 2022.
Oleh sebab itu, INDOSPORT mencoba untuk merangkum beberapa penyebab PBSI bisa menciptakan sejarah miris di Asian Games 2022. Berikut ulasannya.
Kurang Bijak Memilih Turnamen
Seperti diketahui, Anthony Ginting dkk tak hanya gagal total di Asian Games 2022, tetapi juga di beberapa turnamen sebelumnya.
Sebut saja seperti Kejuaraan Dunia 2023, Indonesia hanya mampu mempersembahkan satu medali perak lewat Apriyani Rahayu/Siti Fadia Silva Ramdhanti.
Lalu di turnamen level super 1000 yakni China Open 2023, tak ada satu pun wakil Indonesia yang berlaga di babak pemungkas atau partai final.
Sementara itu, di turnamen setelah China Open yakni Hong Kong Open, PBSI memutuskan untuk menurunkan wakil terbaiknya.
Sayangnya, hal ini bisa dianggap kurang tepat karena Hong Kong Open sangat berdekatan penyelenggaraannya dengan Asian Games 2022.
Alhasil, banyak pemain yang kelelahan. Seperti Apriyani/Fadia yang menjadi juara di Hong Kong Open tetapi memutuskan retired di babak 16 besar karena cedera.
1. Persaingan Ketat
Para pebulu tangkis papan atas dunia saat ini tengah gencar menaikkan performanya guna berambisi untuk merebut tiket kualifikasi Olimpiade Paris 2024.
Maka dari itu, saat ini muncul pemain-pemain kuda hitam yang menjelma menjadi ancaman. Salah satunya adalah pasangan India, Satwiksairaj Rankireddy/Chirag Shetty.
Hal ini turut menjadi alarm bagi PBSI untuk meningkatkan porsi latihan agar bisa bersaing dengan pemain-pemain dari negara lain jelang Olimpiade Paris 2024.
Ya, di Asian Games 2022 saja India dan Korea Selatan mulai menunjukkan peningkatan yang pesat setelah beberapa waktu lalu tertinggal jauh dari tim bulutangkis Indonesia.
Target Harus Jelas
Sebelumnya, PBSI sendiri memberikan target yakni tiga medali emas di Asian Games 2022 sebagaimana diungkapkan Kabid Binpres Rionny Mainaky.
Hal ini turut menjadi sorotan mantan pelatih sektor tunggal putra Indonesia yang saat ini melatih di India yakni Mulyo Handoyo.
Mantan pelatih Taufik Hidayat itu menyenggol PBSI yang dinilai kurang jelas dan kurang matang perencanaannya sehingga bisa menciptakan nol medali di Asian Games 2022.
“Terutama Binpres (Bidang Pembinaan Prestasi) ini bagaimana membuat planning-nya, perencanaannya. Terus pelatih bagaimana mengejar target-target yang harus dicapai,”
“Ini kan harus jelas semua, kalau di situ enggak jelas, mana bisa. Kalau kita kejar tanpa planning tanpa perencanaan, iya begini jadinya,” tukas sang pelatih.
Pembinaan Bakat Muda
Lalu, penyebab kegagalan PBSI dan Anthony Ginting cs di Asian Games 2022 bisa saja terjadi karena faktor pembinaan bakat muda yang kurang gencar dilakukan.
Pembinaan bakat muda dinilai penting karena hal ini bisa membentuk karakter, jiwa petarung serta mental juara dan bisa membawa Indonesia bersinar di kancah internasional.
PBSI sendiri bisa saja tertinggal dari beberapa negara adidaya bulutangkis seperti China, Korea Selatan hingga Jepang, di mana pembinaan bakat mudanya tergolong lebih baik, terlihat dari peringkat para pemain di level junior.