Kisah Revolusi Federasi Bulutangkis Korsel Usai Gagal Total di Asian Games 2018
INDOSPORT.COM – Mengulas kisah revolusi Asosiasi Bulutangkis Korea Selatan (BKA) usai timnya gagal total meraih satu pun medali di multievent Asian Games 2018.
Asian Games merupakan pesta olahraga terbesar di Asia, di mana bulutangkis atau badminton menjadi salah satu cabang olahraga yang dipertandingkan.
Sebagai negara besar bulutangkis, Korea Selatan sampai saat ini masih menjadi tiga negara tersukses secara perolehan jumlah medali Asian Games.
Korea Selatan berada di posisi ketiga setelah China dan Indonesia dengan perolehan 17 medali emas, 17 perak, dan 34 perunggu.
Jumlah tersebut tentu masih bisa berubah mengingat Asian Games masih akan terus berlangsung setiap empat tahun sekali.
Termasuk kans mereka memborong medali emas di Asian Games 2022 yang berlangsung pada 23 September sampai 8 Oktober 2023. Apalagi kekuatan mereka sedang ganas-ganasnya.
Ya, harus diakui jika saat ini bulutangkis Korea Selatan sedang ganas-ganasnya. Selain Piala Uber 2022, tiga gelar juara dunia 2023 diborong An Se-young, Seo Seung-jae/Chae Yu-jung, dan Kang Min-hyuk/Seo Seung-jae.
Tak boleh dilupakan pula jika An Se-young adalah raksasa tunggal putri Korea Selatan yang mampu melesat ke 12 final dari total 13 turnamen pada 2023.
Hanya saja, tahukah jika di balik keganasan tim bulutangkis Korea Selatan (BKA) rupanya mereka pernah mengalami masa-masa kelam, termasuk saat gagal total di Asian Games 2018.
Saat di Asian Games 2018 yang digelar di Indonesia tersebut, tim bulutangkis Korea Selatan gagal membawa pulang satu medali pun. Mereka bahkan sampai harus revolusi besar-besaran.
1. Revolusi BKA Berbuah Manis
Flashback di Asian Games 2018, tim bulutangkis Korea Selatan sejatinya mengirimkan wakil-wakil terbaiknya di multievent empat tahunan itu.
Namun baik di beregu maupun individu, An Se-young dan kawan-kawan gagal melangkah ke semifinal, hingga mereka gagal membawa satu medali pun.
Jika dijabarkan satu per satu, tim beregu bulutangkis Korea Selatan baik putra dan putri sama-sama terdepak di perempat final.
Di ajang individu Asian Games 2018, An Se-young harus kandas di babak 32 besar dari Chen Yufei, sementara Sung Ji-hyun kalah di babak 16 besar dari Ratchanok Intanon.
Lee So-hee/Shin Seung-chan, Kim Hye-rin/Kong Hee-yong, Seo Seung-jae/Chae Yu-jung, Choi Sol-gyu/Shin Seung-chan, dan lainnya juga tak berdaya dilibas lawan satu per satu.
Bisa dikatakan kegagalan meraih medali emas Asian Games 2018 itu menjadi salah satu sejarah buruk Korea Selatan di multi event empat tahunan tersebut.
Namun usai itu, Asosiasi Bulutangkis Korea Selatan (BKA) pun tidak tinggal diam. Mereka melakukan revolusi besar-besaran pada federasi mereka.
Saat itu dilansir dari laman badzine net, surat kabar Donga Ilbo memberitakan jika Presiden BKA, Park Ki-hyun menuntut pengunduran diri tujuh pelatih setelah Asian Games 2018.
Kontrak ketujuh pelatih tersebut akan dihentikan pada 23 November dan pemberitahuan diberikan melalui pesan teks ke staff. Mereka kemudian mendatangkan sejumlah pelatih baru sejak itu.
Pada 15 Januari 2021 sampai saat ini, BKA menunjuk Kim Taek-gyu sebagai Ketua Umum dan saat ini Korea Selatan mampu menunjukkan transformasi luar biasa dengan kekuatan tak tertandingi.