Turun Gunung ke PBSI, Christian Hadinata Sebut Atlet Bulutangkis Menderita karena Sistem Reli Poin
INDOSPORT.COM – Christian Hadinata yang baru turun gunung ke PBSI menyebut atlet bulutangkis sangat menderita karena sistem reli poin.
Legenda ganda putra yang saat ini menjabat sebagai konsultan atlet di PBSI itu menyoroti sistem reli poin yang begitu menyusahkan atlet bulutangkis.
Dilansir dari Antara, Christian Hadinata reli poin dapat menjadi tekanan besar untuk pebulutangkis karena berkaitan dengan faktor mental dan nonteknis pemain.
“Menurut saya, tekanan sekarang lebih berat dibanding zaman saya dulu. Utamanya karena diberlakukannya sistem reli poin,” ungkap Hadinata.
“Dari sisi mental dan nonteknis, apalagi poin-poin kritis 15 ke atas itu sangat menentukan,” sambung peraih gelar Juara Dunia 2 kali tersebut yang kini kembali ke PBSI.
Sebagai informasi, reli poin dalam dunia bulutangkis adalah mencapai angka 21 poin dalam setiap set dan gim dan terdapat 2 set dalam sebuah pertandingan.
Sementara itu, pada zaman dahulu diterapkan sistem pindah bola, di mana pasangan yang kalah reli pada jatah pada pemain servis kedua atau second serve.
Hal ini turut menjadi sorotan Christian Hadinata yang mengakui zamannya lebih lebih santai tidak seperti sekarang yang menerapkan sistem reli poin.
“Apalagi main ganda, ya empat kali pindah bolanya. Saya servis terus ganti pasangan saya. Kalau mati pindah bola, servis kedua pindah lagi. Jadi tekanannya juga berbeda,” sambungnya.
“Bayangkan saja, skor 21-19, servisnya salah, ya sudah gim poin. Kalau dibanding dulu tidak terlalu berat buat kami. Sekarang kalau bola nyangkut atau mati ya poinnya berjalan terus,” pungkas konsultan atlet di PBSI itu.
1. Kembali ke PBSI
Nama Christian Hadinata sendiri tentu tidak asing lagi di telinga pecinta penggemar bulutangkis. Ia merupakan salah satu legenda di sektor ganda putra dan ganda campuran.
Ia pernah gemilang berpasangan dengan Ade Chandra di ganda putra dan berhasil meraih medali emas Kejuaraan Dunia 1980.
Tak hanya satu, Christian Hadinata juga berhasil meraih medali emas di Kejuaraan Dunia 1980 pada sektor ganda campuran berpasangan dengan Imelda Wiguna.
Tak tanggung-tanggung, berbagai prestasi juga berhasil diraih oleh Christian Hadinata seperti 5 kali medali emas Asian Games hingga 4 gelar juara Piala Thomas.
Kini, legenda bulutangkis yang juga masuk ke daftar Badminton Hall of Fame tersebut digaet PBSI untuk sebagai konsultan atlet.
Hadinata mengungkapkan harapan kehadirannya di PBSI dapat memberi motivasi untuk para pebulutangkis nasional Indonesia.
“Sebatas memberi masukan kepada atlet dan pelatih soal apa yang perlu dilakukan. Intinya memberikan kesadaran bagi para atlet bahwa latihan, kedisiplinan, konsentrasi dan fokus harus menjadi sebuah kebutuhan,” ungkapnya.
“Tugasnya mirip dengan konsultan. Mendampingi hampir semuanya. Memastikan pelatih menyampaikan program pelatihan dengan baik, lalu juga menyampaikan tugas-tugas atlet seperti apa,” kata Hadinata.
Ya, PBSI saat ini memang tengah menjadi sorotan di tengah menurunnya prestasi bulutangkis Indonesia. Terutama di Kejuaraan Dunia 2023 lalu.
Menargetkan 3 medali, tim bulutangkis Indonesia hanya mampu meraih 1 medali perak melalui Apriyani Rahayu/Siti Fadia Silva Ramadhanti di sektor ganda putri.