Kejuaraan Dunia 1991 Jadi Salah Satu Penampilan Buruk Susy Susanti di Ajang Ini
INDOSPORT.COM - Susy Susanti menjadi salah satu tunggal putri Indonesia paling sukses di Kejuaraan Dunia BWF karena pernah menggondol satu trofi juara. Sayang ia gagal pertahankan gelar di edisi 1991.
Salah satu turnamen bulutangkis paling bergengsi akan kembali bergulir yaitu Kejuaraan Dunia Badminton 2023 di Royal Arena, Copenhagen, Denmark, mulai 21 hingga 27 Agustus 2023 mendatang.
BWF telah melakukan undian babak penyisihan sejak awal Agustus lalu. Hasilnya terdapat beberapa negara yang diuntungkan salah satunya Indonesia, di sektor tunggal putri.
Gregoria Mariska Tunjung yang jadi andalan, mendapat bye pada babak pertama. Artinya ia tidak akan bertanding di babak pertama.
Unggulan kedelapan itu baru akan bertanding di babak kedua melawan pemenang antara Yeo Jia Min (Singapura) vs Qi Xuefei (Prancis).
Publik tentu berdoa agar Jorji -panggilan akrabnya- bisa meraih hasil terbaik selama babak penyisihan hingga mampu melanju ke partai final.
Sebab, masyarakat pecinta bulutangkis di Tanah Air sangat merindukan tunggal putri Indonesia bisa meraih kejayaan di Kejuaraan Dunia, yang terakhir kali di menangkan oleh Susy Susanti pada edisi 1993.
Gelar itu juga jadi satu-satunya gelar Kejuaraan Dunia yang pernah dimenangkan oleh wakil tunggal putri Indonesia. Hingga saat ini belum lagi bisa dimenangkan.
Perjuangan Susy Susanti sendiri menjuarai Kejuaraan Dunia tidaklah mudah. Ia pernah beberapa kali gagal, salah satu kegagalan yang mungkin diingatnya terjadi di edisi 1991.
Di Kejuaraan Dunia 1991 itu, Susy Susanti hanya bisa mencapai partai semifinal. Performanya sangat mengecewakan karena istri dari Alan Budikusuma itu tak segarang di turnamen sebelumnya, Sudirman Cup.
Susy Susanti terlihat kelelahan di setiap pertandingan mulai dari babak pertama di Kejuaraan Dunia 1991. Puncaknya, ketika ia dipulangkan oleh wakil China, Tang Jiuhong, di partai semifinal.
1. Penampilan Buruk Susy Susanti
Di pertandingan itu, Susy Susanti benar-benar tampil diluar dugaan sebagai salah satu tunggal putri terbaik saat itu. Ia sering melakukan kesalahan hingga kehilangan insting untuk menempatkan shuttlecock di bidang permainan lawan.
Sebaliknya, Tang Jiuhong sangat menikmati pertandingan dengan bermain santai tanpa tekanan. Pada akhirnya, Susy harus mengakui keunggulan Jiuhong dengan skor akhir telak dua gim langung, 4-11 dan 1-11.
Faktor kelelahan disinyalir jadi alasan utama Susy Susanti tampil buruk di Kejuaraan Dunia 1991 itu. Sebab sebelumnya, ia diturunkan pada ajang Sudirman Cup dan jadi tulang punggung, demi ambisi pertahankan gelar.
Sayang, Indonesia kalah di final oleh Korea. Usai Sudirman Cup, Susy Susanti langsung tampil di Kejuaraan Dunia 1991 yang bikin staminanya merosot tajam, hingga tak bergairah tampil di ajang itu.
Menurut pengakuan Susy sebelum pertandingan ini, persiapannya terganggu karena ia bangun terlalu mepet dengan waktu pertandingan.
Sehingga kurang pemanasan, padahal karakter Susy adalah pebulutangkis tipikal harus lebih banyak pemanasan untuk mendapatkan moodnya.
Dua tahun kemudian, Susy Susanti membalas penampilan buruk itu di Kejuaraan Dunia edisi 1993. Ia meraih gelar usai menundukan rivalnya, Bang Soo-hyun dari Korea Selatan.
Di laga final, Susy Susanti harus bermain rubber game sebelum mengamankan medali emas. Dia sempat kalah 7-11, sebelum berbalik unggul dan menang 11-9, 11-3 di dua game sisa.
Kemenangan itu menjadi satu-satunya gelar juara yang diraih Susy Susanti dari Kejuaraan Dunia. Pada 1991 dia hanya meraih perunggu, begitupun pada 1995.
Sekaligus jadi gelar terakhir tunggal putri Indonesia di ajang ini karena sampai kni belum ada wakil tunggal putri lain yang memenangkan Kejuaraan Dunia Badminton BWF.