Bangkitnya Para Bocil Kematian di Tunggal Putra Bulutangkis, Indonesia Tertinggal Jauh
INDOSPORT.COM – Atlet Indonesia bisa dibilang tertinggal jauh di saat para bocil kematian di nomor tunggal putra bulutangkis tengah bangkit.
Tunggal putra menjadi salah satu sektor dengan persaingan yang amat sengit, terutama di awal hingga pertengahan turnamen bulutangkis 2023.
Bagaimana tidak, tercatat sudah ada 12 pebulutangkis tunggal putra yang meraih 13 gelar juara sejak Januari hingga Juni 2023.
Tercatat Viktor Axelsen keluar sebagai juara di ajang Malaysia Open 2023, lalu Kunlavut Vitidsarn yang meraih dua gelar juara di India Open dan Thailand Open 2023.
Lalu ada Jonatan Christie yang meraih gelar di turnamen kandang Indonesia Masters, Lin Chun Yi di Thailand Masters, Ng Ka Long Angus di German Open 2023.
Kemudian Sun Fei Xiang di China Masters, Li Shifeng di All England, Koki Watanabe di Swiss Open, Kenta Nishimoto di Spain Masters, Priyanshu Rajawat di Orleans Masters, dan H.S Prannoy di Malaysia Masters 2023.
Ini membuktikan bahwa tunggal putra memang menjadi nomor yang memiliki persaingan amat ketat, karena gelar juara diraih oleh beragam pemain.
Jika ditilik, rata-rata yang menjadi juara ialah pemain yang mampu membuktikan diri bahwa mereka memang kuda hitam yang sebenarnya.
Tak hanya itu, rata-rata para juara maupun runner-up dan semifinalis merupakan para pemain muda seperti Li Shifeng dan Kunlavut Vitidsarn.
Gelar juara yang diraih oleh Li Shifeng dan Kunlavut Vitidsarn juga menandai bangkitnya para bocil kematian di nomor tunggal putra.
1. Bangkitnya Para Jagoan Kejuaraan Dunia Junior 2018
Li Shifeng dan Kunlavut Vitidsarn ialah merupakan semifinalis Kejuaraan Dunia Junior 2018 silam, yang berlangsung di Kanada.
Selain kedua pemain papan atas tersebut, ada Kodai Naraoka dan Lakshya Sen yang juga sempat bersinar dalam beberapa waktu belakang.
Kunlavut Vitidsarn sendiri berstatus sebagai peraih medali emas di Kejuaraan Dunia Junior 2018 lalu, usai mengalahkan Kodai Naraoka yang menjadi runner-up. Sedangkan Lakshya Sen dan Li Shifeng keluar sebagai semifinalis di ajang bulutangkis bergengsi tersebut.
Pencapian Kunlavut di level senior sendiri terbilang apik yakni sudah mengemas tiga gelar juara dan tiga runner-up di ajang BWF World Tour sejak 2020 hingga 2023.
Bahkan ia beberapa kali harus berhadapan dengan Viktor Axelsen, selaku alien di tunggal putra dan akhirnya menang di India Open.
Berkat konsistensinya, peringkat Kunlavut Vitidsarn terus melejit dan saat ini berada di peringkat ketiga dalam ranking BWF.
Sedangkan Kodai Naraoka juga tak kalah mentereng yakni sudah meraih satu gelar juara dan empat runner-up di ajang World Tour pada 2022 hingga 2023, serta menjadi penantang sengit bagi para papan atas seperti Anthony Ginting dan Axelsen.
Peringkatnya pun melejit di mana Naraoka yang kini menjadi tulang punggung tunggal putra Jepang ada di posisi keempat di ranking BWF.
Li Shifeng juga telah mengemas dua gelar dan dua runner-up sejak 2019 dan berada di peringkat ke-12. Sedangkan Lakshya Sen meraih tiga gelar dan dua runner-up sejak 2019 dan kini duduk di posisi ke-19 dalam ranking BWF.
Jika Kunlavut Vitidsarn, Kodai Naraoka, Li Shifeng dan Lakhsya Sen menjadi bocil kematian di nomor tunggal putra, lalu bagaimana dengan wakil Indonesia?
2. Wakil Indonesia Masih Tertinggal
Jika dilihat dari usia Kunlavut Vitidsarn, Kodai Naraoka, Li Shifeng dan Lakhsya Sen yang memiliki rentang umur 21-23 tahun, maka mereka seangkatan dengan Ikhsan Leonardo Rumbay, Bobby Setiabudi dan Christian Adinata.
Namun ketiga wakil Indonesia itu belum mampu menunjukkan performa apik di level senior, meski sejatinya Christian Adinata tengah dalam performa terbaiknya. Namun sayang, Christian harus menepi karena mengalami cedera saat tampil di Malaysia Masters 2023.
Sebelumnya Ikhsan Leonardo secara blak-blakan mengungkapkan alasan mengapa ia tertinggal dari para bocil kematian lainnya saat wawancara bersama Yuni Kartika di acara ‘Up Close’.
Ikhsan mengatakan bahwa rivalnya dari dua negara berbeda itu memang sudah memiliki visi dan misi sejak level junior.
"Mereka sudah on the track. Apa yang mereka rencanakan sejak junior, kini mereka bisa tembus level elit. Ada yang ketemu Anthony Ginting, Mas Vito (Shesar Hiren Rhustavito),” ucap Ikhsan.
Ikhsan juga menyebutkan ada alasan lain dari kesuksesan dua rivalnya tersebut, sehingga dapat bersaing di turnamen level tinggi dan berjumpa dengan rival papan atas.
Yakni selain tuntutan bekerja keras dalam latihan, keberhasilan Kunlavut dimulai dari cara mengatur strategi dan pemilihan pertandingan sehingga peringkat para pemain dapat meningkat.
"Saya lihat, dari cara mereka mengatur pertandingan, Kunlavut, dia kalau sudah juara Challenge, dia nggak main Challenge lagi. Dia bakal dimainin di (level) 100, 300. Dan kalau bisa 500, dia masuk. Lakshya Sen sama, tapi lebih konsisten Kunlavut," ujarnya.
Jika dilihat berdasar ranking BWF, ketiga wakil Indonesia itu masih terbilang cukup jauh. Christian Adinata saat ini berada di posisi ke-48, Ikhsan Leonardo di posisi ke-93 dan Bobby Setiabudi ada di peringkat ke-135.
Kini Indonesia hanya mengandalkan empat pemain utamanya yakni Anthony Sinisuka Ginting, Jonatan Christie, Chico Aura Dwi Wardoyo dan Shesar Hiren Rhustavito di ajang bulutangkis internasional.