Bapak Bulutangkis India Sebut Negara Besar Asia Biang Kerok
INDOSPORT.COM - Bapak sekaligus eks pelatih bulutangkis India, Vimal Kumar menyebut negara besar Asia biang kerok atas keputusan yang diambil oleh Federasi Bulutangkis Dunia (BWF).
Pada Selasa (15/09/20), BWF resmi mengumumkan sikap mereka untuk menunda Piala Thomas - Uber 2020 untuk kali keempat dan turut membatalkan kompetisi Denmark Masters selepas banyaknya negara-negara Asia yang memutuskan menarik diri.
Diketahui sejumlah negara Asia seperti Chinese Taipei, Australia, dan Thailand mengumumkan penarikan diri terlebih dulu dari Piala Thomas - Uber 2020 dan kemudian diikuti oleh dua negara besar lainnya yakni Korea Selatan dan Indonesia serta penolakan undangan dari BWF oleh Hong Kong dan Singapura.
Alhasil, dengan banyaknya negara Asia yang memutuskan mundur, terutama seperti Indonesia dan Korea Selatan membuat BWF tak lagi punya pilihan selain memutuskan untuk menunda Piala Thomas - Uber di tahun 2020 dan menggesernya ke tahun 2021.
Atas peristiwa ini, Bapak sekaligus eks pelatih bulutangkis India, Vimal Kumar mengecam seluruh tindakan yang dilakukan oleh negara-negara besar Asia dan menyebut mereka biang kerok atas kembali ditundanya Piala Thomas - Uber 2020 untuk keempat kalinya.
“Apa yang telah dilakukan negara-negara Asia, sungguh mengecewakan. Tidak ada masalah besar di negara-negara ini, mereka mengadakan acara lokal di sana, jadi menarik dengan cara ini, merupakan kemunduran besar bagi olahraga ini,” ujar Vimal Kumar dikutip dari media hindustantimes.com.
“Itu adalah cara ideal untuk menghidupkan kembali olahraga. Platformnya ada di sana. Kami tidak sebesar China tetapi India memberi respons positif, kami ingin berpartisipasi tetapi jika negara-negara besar tidak bermain, apa yang dapat dilakukan BWF? Bagaimana mereka akan mengadakan acara? Saya akan menyalahkan negara Asia atas kekacauan ini," pungkasnya.
Memang tidak dapat dipungkiri bahwa keputusan yang diambil BWF menunda Piala Thomas - Uber membuat sejumlah kontroversi. Ada banyak yang pro, namun tak sedikit juga yang kontra dan menyalahkan negara-negara besar Asia atas situasi pelik ini.