4 Kasus Pemecatan Pembalap dengan Cara Tak Masuk Akal Paling Menghebohkan di F1
INDOSPORT.COM - Banyak pembalap yang pernah merasakan pahitnya dipecat oleh timnya dengan cara yang tidak biasa. Nama-nama ini adalah sebagian yang merasakannya.
Ajang balap mobil paling bergengsi di dunia, Formula One (F1) musim 2023, kurang dari beberapa pekan lagi akan segera bergulir.
Musim lalu nama Max Verstappen berjaya dengan merebut gelar juara dunia F1 2022. Keberhasilan itu didapat setelah ia menjuarai F1 GP Abu Dhabi di seri terakhir.
Kemenangan ini melengkapi gelar juara dunianya setelah mengakhiri musim dengan torehan 454 poin. Raihan ini terbilang luar biasa.
Bagaimana tidak, sepanjang musim ini dia mengoleksi 15 kemenangan dan hanya empat kali finis di luar podium.
Sementara itu, rekan setim Verstappen, Sergio Perez, mengunci posisi ketiga di tabel klasemen akhir.
Jelang bergulirnya musim baru, sejumlah drama menghantui seluruh tim dan pembalap mulai dari masalah dengan mobil di sesi pramusim hingga konflik internal seperti tak harmonisnya hubungan antara tim dengan pembalap.
Pasalnya, banyak pembalap yang harus mendapat evaluasi tim karena performanya di musim lalu ataupun di pramusim kurang memuaskan.
Jika performa tak sesuai harapan, mereka harus bersiap-siap angkat koper dari Formula 1 atau mencari tim lain.
Namun, tak semua perpisahan antara tim dan pembalap berlangsung secara baik-baik, berikut beberapa contoh kasus pemecatan yang berakhir dengan konflik karena cara putus kontrak yang tidak biasa.
1. Kevin Magnussen
Kevin Magnussen tampil sensasional karena mampu meraih podium di GP Australia saat menjalani debut bersama tim McLaren di F1 musim 2014.
Namun itu menjadi raihan termanis satu-satunya bagi Kevin Magnussen bersama McLaren. Sebab, selanjutnya ia mengalami kesulitan.
Alhasil Kevin Magnussen hanya bisa finis di peringkat ke-11 di akhir musim F1 2014. Usai berakhirnya kompetisi, performa Kevin Magnussen mendapat evaluasi habis-habis dari manajemen tim.
Jajaran manajemen merasa kurang puas dengan hasil itu, sehingga Kevin Magnussen diturunkan posisinya sebagai pembalap cadangan musim 2015.
Magnussen akhirnya benar-benar dipecat oleh McLaren pada akhir musim 2015, namun alih-alih memberi tahu secara langsung, McLaren hanya mengirim Email pemecatan kepada Magnussen.
Sebastien Bourdais
Selanjutnya ada Sebastien Bourdais. Ia adalah pembalap hasil didikan Red Bull tetapi baru menjalani debut profesional di F1 bersama tim Toro Rosso pada musim 2008.
Namun performanya kurang begitu bagus. Ia bahkan kalah saing dengan rekan setimnya saat itu, Sebastian Vettel yang mampu meraih satu kemenangan di GP Italia.
Performa Bourdais tidak menunjukan perkembangan, sehingga manajemen tim memutuskan untuk menggantikannya dengan Jaime Alguersuarri di pertengahan musim 2009.
Tak lama kemudian, manajemen tim akhirnya memutus hubungan kerja dengan Bourdais lewat pesan singkat (SMS).
2. Alain Prost
Alain hampir menjadi juara dunia bersama Ferrari setelah menjadi runner up pada musim 1990.
Namun, hasil berbeda ia raih pada musim 1991 ketika pembalap asal Prancis tersebut mengalami musim yang buruk dan hanya finis kelima di klasemen akhir.
Prost kemudian mengkritik keras mobil Ferrari 642 dan 643 dengan mengatakan bahwa menyetir mobil Ferrari sama halnya dengan mengendarai sebuah truk pada GP Jepang.
Ferrari yang tak terima kritikan pedas tersebut akhirnya memecat Prost jelang seri terakhir di GP Australia.
Damon Hill
Sejak bergabung dengan Williams pada 1993, Damon Hill selalu berhasil membawa timnya bersaing dalam perebutan gelar juara dunia. Pembalap asal Inggris tersebut akhirnya benar-benar menjadi juara dunia pada 1996.
Namun, alih-alih mempertahankan Hill, Williams justru lebih memilih Heinz-Harald Frentzen untuk musim 1997, karena meminta gaji tinggi usai menjadi juara dunia.